POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Ekonomi hijau adalah landasan pertumbuhan berkelanjutan

Ekonomi hijau adalah landasan pertumbuhan berkelanjutan

Indonesia meningkatkan komitmennya untuk mengurangi emisi berdasarkan Kontribusi Nasional (NDC) dari 29 persen menjadi 31,89 persen melalui upaya sendiri, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

JAKARTA (ANTARA) – Pada tahun 2022, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas) meluncurkan Indeks Ekonomi Hijau Indonesia (Green Economic Index) bertajuk “Menuju Implementasi dan Beyond: Mengukur Kemajuan dalam Ekonomi Rendah Karbon dan Hijau”, pada acara tersebut. pertemuan ketiga Indeks Ekonomi Hijau (Green Economic Index), bertajuk “Menuju Implementasi dan Melampauinya: Mengukur Kemajuan dalam Ekonomi Rendah Karbon dan Hijau”. ​​Pekerjaan pembangunan G20. Acara sampingan di Bali.

Departemen ini meluncurkan indeks ini bekerja sama dengan Kantor Pembangunan Persemakmuran dan Luar Negeri Inggris, Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim, WRI Indonesia, Badan Pembangunan Internasional GIZ, Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (LCDI), dan Pertumbuhan Hijau Global Institut (GGGI). dan Kemitraan PBB untuk Aksi Ekonomi Hijau (PAGE).

15 indikator yang membentuk Indeks Pendidikan Anak Perempuan Indonesia dan mengarah pada pembangunan ekonomi hijau dibagi menjadi tiga pilar: lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. Intensitas emisi, intensitas energi, dan pendapatan nasional bruto per kapita merupakan enam metrik yang membentuk pilar perekonomian.

Empat variabel yang membentuk pilar sosial adalah angka harapan hidup, pengangguran, kemiskinan, dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan pilar lingkungan hidup terdiri dari lima indikator: pengendalian sampah, energi terbarukan, pengurangan emisi, lahan gambut terdegradasi, dan tutupan lahan.

Rencana pembangunan nasional Indonesia, termasuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, telah diintegrasikan ke dalam Inisiatif Pendidikan Anak Perempuan Indonesia.

Melalui penerapan Inisiatif Pendidikan Anak Perempuan, pertumbuhan ekonomi tahunan negara ini diperkirakan akan mencapai 6,1-6,5 persen pada tahun 2050.

Selain itu, pada tahun 2045, intensitas emisi diperkirakan akan menurun hingga 68%, dan pada tahun 2030, kemungkinan besar akan tercipta 1,8 juta lapangan kerja baru yang ramah lingkungan.

READ  Toyota ingin mulai membangun mobil listrik di Indonesia

Ekonomi hijau merupakan salah satu dari enam strategi transformasi ekonomi yang dirumuskan keluarga Babana untuk mencapai Visi Indonesia 2045.

Strategi ini dianggap sebagai game changer bagi Indonesia dalam masa pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 dan dalam langkah-langkahnya menuju pencapaian pembangunan berkelanjutan.

Penerapan ekonomi hijau bukanlah suatu hambatan, melainkan peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan, menurut Deputi Bidang Perekonomian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Amalia Adiningrat Widyasanti.

Dijelaskannya, jika masyarakat menerapkan ekonomi hijau secara besar-besaran dan komprehensif, tentunya akan menciptakan peluang baru bagi kegiatan perekonomian di Indonesia sehingga berkontribusi terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi.

Pernyataan tersebut disampaikan Widyasanti saat peluncuran Ringkasan Kebijakan Greenpeace Indonesia dan CELIOS: Nasib Transisi Ekonomi Hijau di Tahun Politik.

Ia menyatakan, dalam rencana jangka panjang nasional periode 2025-2045, transisi menuju ekonomi hijau mencakup beberapa poros utama.

Fokus pertama adalah transisi menuju energi bersih dan terbarukan, dengan target bauran energi terbarukan mencapai sekitar 60 persen pada tahun 2045.

Kedua, penerapan alat transportasi ramah lingkungan atau green transportation. Ketiga, menerapkan pendekatan ekonomi sirkular pada industri dan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Ia mengatakan penerapan ekonomi hijau akan menjadi fokus utama Visi Emas Indonesia mulai tahun 2025 hingga 2045, dan akan menjadi bagian integral dari upaya transformasi perekonomian Indonesia.

Terkait tantangan tersebut, beliau menekankan perlunya melakukan persiapan yang diperlukan, antara lain peningkatan sumber daya manusia, adopsi teknologi bersih, dan perluasan ekosistem pendukung melalui kebijakan dan sistem yang mendukung ekonomi hijau di berbagai sektor.

Ia mengatakan penerapan ekonomi hijau memerlukan perubahan besar yang harus didukung oleh ekosistem yang baik dan upaya bersama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dalam 20 tahun ke depan.

Banyak kebijakan, seperti peningkatan efisiensi energi, transisi energi yang adil, pengembangan jaringan pintar, dan penerapan ekonomi sirkular, menjadi dasar perubahan ini.

READ  Tuan rumah G20 Indonesia mendorong diversifikasi devisa sebagai bagian dari stimulus exit

Widyasanti juga menekankan pentingnya pemberian insentif finansial dan non finansial terhadap produk ramah lingkungan.

Ia menambahkan, mendorong ekonomi hijau tidak hanya terbatas pada transisi energi saja, namun juga memperkuat pilar-pilar lain untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dalam dua dekade mendatang.

Oleh karena itu, Indonesia berupaya memperkuat komitmennya untuk mengadopsi ekonomi hijau sebagai landasan pertumbuhan ekonomi di masa depan, lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan belanja negara pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 akan digunakan untuk mendukung percepatan ekonomi hijau.

Indrawati menginformasikan, belanja pemerintah pada tahun 2024 juga akan diarahkan untuk menyelesaikan infrastruktur prioritas guna mempercepat transformasi ekonomi hijau dan mendukung reformasi birokrasi dan aparatur negara.

Ia menyebutkan besaran alokasi belanja negara pada APBN tahun 2024 sebesar Rp 3.325,1 triliun atau lebih tinggi 8,6 persen dibandingkan APBN tahun 2023.

APBN akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai seluruh program prioritas pembangunan nasional, mulai dari melindungi masyarakat termasuk kelompok rentan, memulihkan perekonomian, mendorong transformasi, mengembangkan seluruh wilayah, hingga meningkatkan pertahanan dan keamanan.

Upaya tersebut akan dilakukan dengan tetap menjaga APBN sebagai instrumen yang kesehatan, keberlanjutan, dan kredibilitasnya harus dijaga.

Ia menegaskan, dengan cara ini kebijakan fiskal APBN dapat tetap efektif dalam menopang perekonomian dan melindungi masyarakat Indonesia.

APBN tahun 2024 disusun dengan asumsi indikator makro optimistis, namun tetap memperhatikan dinamika perubahan yang cepat.

Asumsi makro utama APBN tahun 2024 antara lain pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen, inflasi terkendali sebesar 2,8 persen, nilai tukar rupee sebesar Rp 15 lakh per dolar AS, dan suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebesar 6,7 persen. ratus, Harga minyak mentah Indonesia (ICP) Dengan nilai 82 dolar AS per barel, selain menambang minyak sebesar 635 ribu barel per hari dan gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.

READ  Setelah isolasi coronavirus, Australia berjuang untuk membawa kembali siswa | ekonomi

Tentu saja asumsi indikator perekonomian tahun 2024 akan terus dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian global. Oleh karena itu, untuk menopang perekonomian, kesehatan APBN juga perlu dijaga, ujarnya.

Dalam pengelolaan APBN, Menkeu menekankan pada kualitas belanja, sinergi dan keselarasan antara APBD dan APBD, serta mengantisipasi ketidakpastian yang terus muncul melalui penetapan prioritas anggaran sehingga memerlukan penyesuaian otomatis.

Selain itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan APBN juga akan memprioritaskan proyek-proyek yang berupaya mengatasi perubahan iklim dan mendorong kegiatan ramah iklim.

Untuk memastikan hal ini, pemerintah menerapkan mekanisme penandaan anggaran perubahan iklim di tingkat nasional dan daerah untuk melacak alokasi anggaran perubahan iklim serta menyediakan data mengenai kegiatan dan hasilnya.

Selain itu, Indonesia meningkatkan komitmen penurunan emisi melalui NDC dari 29% menjadi 31,89% melalui upaya sendiri, dan dari 41% menjadi 43,20% dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

Peningkatan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) ini selaras dengan Strategi Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim jangka panjang tahun 2050 dan visi untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

Menurut Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa, gagasan ekonomi hijau tidak menggantikan pembangunan berkelanjutan, namun menciptakan fokus baru pada perekonomian, investasi, modal, infrastruktur, lapangan kerja, keterampilan, dan hasil sosial dan lingkungan yang positif.

Dengan demikian, ekonomi hijau memberikan pendekatan makroekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan fokus utama pada investasi, lapangan kerja, dan keterampilan.

Berita terkait: Ekonomi hijau adalah peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi: Kementerian
Berita terkait: Belanja pemerintah mendukung percepatan transisi menuju ekonomi hijau

Editor: Ari Novarina
Hak Cipta © Antara 2024