POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Akhir tahun – Pemerintah berupaya mengembangkan EBT untuk mencapai emisi nol

Akhir tahun – Pemerintah berupaya mengembangkan EBT untuk mencapai emisi nol

Bencana alam yang disebabkan oleh cuaca ekstrim mendatangkan malapetaka bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, angin kencang, banjir, kekeringan, topan dan bencana lainnya akibat cuaca buruk telah merusak banyak infrastruktur dan merenggut banyak nyawa.

Berbagai bencana tersebut tidak hanya disebabkan oleh peristiwa alam biasa, tetapi juga oleh perubahan iklim akibat pemanasan global yang antara lain disebabkan oleh peningkatan emisi karbon.

Banjir di Afrika Selatan yang menewaskan sekitar 461 orang, dan kekeringan di Afrika Timur yang menewaskan lebih dari 200 orang membuktikan bahwa perubahan iklim telah menimbulkan banyak bencana di dunia.

Menanggapi banyaknya bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres menyerukan aksi iklim untuk mendorong pengurangan emisi karbon.

“Perubahan iklim adalah masalah lain di mana sulit menemukan kabar baik. Kita masih bergerak ke arah yang salah,” katanya pada konferensi pers akhir tahun di markas besar PBB di New York.

Dia mengatakan bahwa kesenjangan emisi global semakin lebar, dan sulit untuk mencapai tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat, sementara banyak rencana iklim nasional yang gagal.

Guterres mendesak semua penghasil emisi utama untuk melakukan upaya tambahan untuk mengurangi emisi sejalan dengan target 1,5 derajat.

Sementara itu, banyak negara, termasuk Indonesia, saat ini melakukan yang terbaik untuk beralih ke energi bersih dengan mengembangkan energi baru dan terbarukan untuk mencapai emisi nol bersih.

Berita Terkait: Kendaraan listrik di KTT G20 mendorong agenda transisi energi rumah

pengembangan EBT

Dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai tujuan netral karbon pada tahun 2060, pemerintah Indonesia telah mengalokasikan investasi sebesar Rp 10 triliun kepada perusahaan listrik milik negara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), dan perusahaan subprime milik BUMN Untuk negara PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) mengembangkan energi bersih.

READ  Peningkatan pesat lalu lintas perdagangan dan pariwisata bilateral mencerminkan peningkatan hubungan antara Indonesia dan UEA: utusan Indonesia

Investasi dilakukan dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) dan Catastrophe Pooling Fund (PFB) dengan menandatangani Letter of Commitment (LoC).

“Kami berharap uang yang dihasilkan dari uang rakyat dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dan perekonomian,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Jumat (16 Desember 2022).

Rinciannya, PLN menerima Rp5 triliun, SMF Rp2 triliun, dan BPDLH Rp3 triliun.

PLN akan menggunakan Rp 5 triliun untuk memperbaiki struktur permodalan dan kapasitas perdagangan guna meningkatkan kapasitas pembiayaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

Selain itu, investasi tersebut akan digunakan untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) yang akan berdampak pada penurunan emisi dari pembangkit listrik tenaga fosil.

Selanjutnya, investasi sebesar Rp2 triliun untuk SMF akan digunakan untuk mendukung Program Sejuta Rumah, dengan pemahaman bahwa perusahaan berpotensi untuk menopang kesinambungan pembiayaan rumah terjangkau (MBR) di masa mendatang.

Sementara itu, alokasi Rp3 triliun untuk program BPDLH dalam bentuk Dana Bersama Penanggulangan Bencana (DBPB) akan digunakan untuk pengendalian perubahan iklim, pengelolaan hutan lestari, pemadaman kebakaran hutan dan lahan, serta restorasi lahan gambut.

Selain investasi, pemerintah juga meluncurkan Proyek Percontohan Kemitraan Bisnis Batubara dan Biomassa Sumatera Selatan untuk melakukan transisi energi guna mengurangi emisi gas rumah kaca.

Deputi Bidang Koordinasi Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nani Handarti mengatakan, kerja sama eksploitasi biomassa dan rehabilitasi mangrove akan mendorong pengurangan penggunaan batu bara dan peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). ).

“Biomassa ini masuk dalam EBT, dan potensi yang kita miliki sangat besar. Misi kita adalah mengupayakan pemanfaatan yang berkelanjutan, termasuk keterlibatan masyarakat,” katanya.

READ  Larangan ekspor nikel Indonesia: buruk bagi dirinya sendiri dan ekonomi global

Sementara itu, kerjasama rehabilitasi mangrove dilaksanakan untuk merehabilitasi 600.000 hektare lahan mangrove. Rehabilitasi dilakukan tidak hanya dengan penanaman pohon tetapi juga dengan konservasi

Berita Terkait: Pertamina untuk menyeimbangkan energi shift dan keamanan dalam net zero payment

kerja sama

Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pelaksanaan transisi ke energi baru dan terbarukan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan membutuhkan kerja sama berbagai pemangku kepentingan.

Kolaborasi juga harus dilakukan tidak hanya dengan pihak lokal, tetapi juga dengan negara lain karena transisi energi membutuhkan investasi dan komitmen yang solid.

Kerja sama telah dilakukan pemerintah, termasuk menyerukan Swedia untuk mengembangkan energi hijau.

“Indonesia mendorong Swedia untuk bekerja sama dalam upaya pengurangan emisi melalui pemanfaatan energi terbarukan, misalnya melalui proyek pengembangan green hydrogen dan green ammonia,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Rabu (14 Desember 2022).

Indonesia juga mengajak perusahaan Swedia untuk berpartisipasi dalam pembangunan ibu kota baru Nusantara yang fokus pada konsep smart city dan mengangkat aspek sustainability.

Pada tataran yang lebih luas, Uni Eropa dan Indonesia saat ini sedang membahas kerja sama pengembangan infrastruktur energi baru dan terbarukan secara global dalam upaya menindaklanjuti kesepakatan deklarasi para pemimpin G20 Bali.

“Pemerintah Indonesia saat ini sedang dalam proses persiapan pelaksanaan kesepakatan Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (JETP) dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk melalui pembentukan struktur kelembagaan internal,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Di sisi lain, Deputi Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Reshmat Qaimuddin mengatakan, Indonesia membutuhkan dukungan dari negara lain, terutama dalam hal alih teknologi dan investasi.

READ  HSBC memulai pembicaraan informal dengan investor mengenai penawaran umum perdana bisnis di Indonesia

Dalam proses pencapaian net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal, Indonesia telah melakukan upaya transisi dari energi fosil ke listrik dalam transportasi, mengembangkan energi baru, bersih dan terbarukan (EBT), dan menerapkan co-fired biomassa di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), serta industri ketenagalistrikan.

Semua upaya tersebut dilakukan pemerintah untuk mencapai komitmen pengurangan emisi karbon dan mencapai tujuan netral karbon pada tahun 2060 guna menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Berita Terkait: RI mengoperasikan platform ETM negara untuk mempercepat transisi energi
Berita Terkait: Indonesia sedang merundingkan kerja sama pembiayaan untuk transisi energi