JAKARTA (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah menunda kewajiban sertifikasi halal suatu produk hingga tahun 2026, khususnya bagi usaha mikro dan kecil.
“Untuk makanan, minuman, dan lain-lain, pelaksanaannya ditunda ke (Oktober) 2026, bukan 2026,” ujarnya usai rapat terbatas tentang sertifikasi halal di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.
Usaha mikro adalah usaha yang penjualannya antara Rp1 miliar (sekitar US$62.586) hingga Rp2 miliar (sekitar US$125.295) per tahun.
Penjualan perusahaan kecil bisa mencapai Rp15 miliar (sekitar 939.718 US$) per tahun.
Ia mengatakan, kebijakan tersebut juga ditangguhkan untuk produk-produk kategori obat tradisional, jamu dan lainnya, kosmetik dan bahan kimia, aksesoris, produk rumah tangga, dan alat kesehatan.
Sedangkan untuk perusahaan menengah dan besar, kebijakan wajib sertifikasi halal akan diterapkan pada bulan Oktober.
Salah satu pertimbangan penundaan kewajiban sertifikasi halal bagi usaha mikro dan kecil adalah pencapaian target sertifikasi halal per tahun telah mencapai di atas 4 juta dibandingkan target 10 juta sertifikasi.
Bagi produk dari negara lain, kewajiban sertifikasi Halal berlaku setelah negara tersebut menandatangani Mutual Recognition Arrangement (MRA).
“Sesuai keterangan Menteri Agama, sudah ada 16 negara yang menandatangani MRA,” ujarnya.
Hartardo menambahkan, sertifikasi halal hanya diwajibkan bagi pelaku usaha yang memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
Oleh karena itu, pemerintah mendorong PKL untuk mendapatkan NIB sebagai syarat sertifikasi Halal.
Berita terkait: Sertifikasi halal wajib bagi produk UMKM mulai Oktober: Kementerian
Berita Terkait: Kemenpar Percepat Penerapan Aturan Sertifikasi Halal
Berita terkait: VP Amin mendesak sertifikasi Halal untuk makanan dan minuman
“Pembaca yang ramah. Penggemar bacon. Penulis. Twitter nerd pemenang penghargaan. Introvert. Ahli internet. Penggemar bir.”
More Stories
Kalbar gelar rapat penanganan karhutla
URTF menyediakan $2 juta untuk Proyek Ketahanan Iklim Nusantara
Menteri Pariwisata Sandhyaka Uno memberikan update mengenai proyek LRT Bali