TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani IndrawatiDalam kapasitasnya sebagai salah satu ketua Aliansi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim, ia mendesak para menteri keuangan negara-negara anggota untuk lebih terlibat dalam mengembangkan strategi iklim, kata koalisi tersebut dalam sebuah pernyataan tertulis.
Koalisi tersebut menyoroti kesenjangan yang meresahkan: mayoritas besar anggota koalisi Kementerian Keuangan Mereka tidak terlibat dalam pengembangan strategi iklim negaranya atau Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC).
Aliansi telah mengeluarkan seruan untuk bertindak untuk memperkuat keterlibatan kementerian keuangan dalam pengembangan, implementasi dan pendanaan rencana iklim nasional yang baru atau Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC), yang akan jatuh tempo pada tahun 2025. Seruan untuk bertindak ini diluncurkan pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-11 dari Aliansi yang diselenggarakan oleh Bank Dunia Dan itu Dana Moneter Internasionalmerupakan respons terhadap peringatan mengerikan dalam Penilaian Global tahun 2023. Hal ini merupakan seruan bagi negara-negara untuk memanfaatkan Kontribusi yang Dinilai Secara Nasional pada tahun 2025 untuk mengubah arah krisis iklim secara dramatis.
“Kementerian keuangan mempunyai peran penting dalam memastikan bahwa NDC mencakup berbagai pertimbangan ekonomi dan mendorong kesejahteraan sosial dan ekonomi. Namun, 73% kementerian keuangan koalisi saat ini tidak terlibat dalam pengembangan NDC di negara mereka.
Bertepatan dengan ulang tahun kelima berdirinya Aliansi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim, pernyataan tersebut menekankan peran penting kementerian-kementerian tersebut dalam memobilisasi transformasi ekonomi yang diperlukan untuk secara efektif menghadapi ancaman iklim. Aliansi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim, yang telah bekerja sejak tahun 2019, menyumbang sebagian besar emisi global dan PDB. Para anggota berkomitmen pada Prinsip Helsinki, yang menekankan tindakan iklim nasional melalui kebijakan fiskal.
Aliansi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim, yang kini beranggotakan 92 orang, termasuk G7, dan Kemitraan untuk Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional, sebuah aliansi global dengan lebih dari 200 anggota, berdiri di garis depan dalam mobilisasi iklim global ini. Ini mempromosikan kebijakan ekonomi untuk mendorong transisi yang adil menuju pembangunan berkelanjutan.
Pilihan Editor: Indonesia mengharapkan WWF membangun konsensus politik mengenai perubahan iklim
klik disini Untuk mendapatkan update berita terkini dari Tempo di Google News
“Pemikir. Fanatik internet. Penggemar zombie. Komunikator total. Spesialis budaya pop yang bangga.”
More Stories
Republik Rhode Island mempersiapkan 15 pekerja kesehatan untuk misi kemanusiaan di Gaza
Megawati Indonesia mengirimkan pesan dukungan kepada Kamala Harris dalam pemilihan presiden AS
Eropa mengaktifkan latihan Pitch Black 2024