POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Indonesia begins privately run vaccination to boost economy

Indonesia telah memulai proses vaksinasi yang dikelola swasta untuk meningkatkan perekonomian

Jakarta (18 Mei): Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi yang dijalankan secara pribadi, dengan perusahaan seperti Unilever plc menyuntik karyawan lokal untuk membantu ekonomi terbesar di Asia Tenggara mencapai kekebalan kawanan lebih cepat dan menghidupkan kembali pertumbuhan.

Sekitar 320 pekerja di pabrik Unilever Indonesia di luar Jakarta menerima dosis pertama vaksin yang dibuat oleh perusahaan China Sinopharm Group Co, kepala eksekutif unit lokal, Ira Novarti, mengatakan dalam sebuah penjelasan pada hari Selasa. Diperkirakan 10 juta pekerja akan mendapatkan hak mereka dengan cara ini, dengan lebih dari 22.000 perusahaan mendaftar dalam program ini, menurut Presiden Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Ruslani, yang memimpin kampanye khusus tersebut.

“Dengan program ini, kita bisa cepat mencapai kekebalan kawanan dan segera bisa memberantas pandemi Covid,” kata Presiden Joko Widodo yang menyaksikan kejadian di Bekasi, sekitar satu jam perjalanan dari ibu kota.

Indonesia, salah satu negara pertama di kawasan Asia yang mulai memvaksinasi penduduknya, ingin mempertahankan keuntungannya dalam penanggulangan virus, di tengah lonjakan yang diperkirakan antara 40% dan 60% dalam kasus setelah libur Idul Fitri. Jokowi, demikian panggilan presidennya, mengatakan target segera adalah memvaksinasi sekitar 70 juta orang pada September. Dia mengatakan hingga 181,5 juta orang perlu divaksinasi untuk mencapai kekebalan kawanan. Hingga saat ini, hampir 14 juta orang telah menerima suntikan pertama.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa jumlah kasus aktif sejauh ini menurun 49% sejak puncaknya pada 5 Februari. Hampir 1,75 juta orang Indonesia telah tertular virus dan lebih dari 48.000 telah meninggal, menurut angka pemerintah terbaru.