Temuan tersebut dilakukan di tempat perlindungan batu Lily yang terletak di bagian utara Timor Timur. Di sini, para peneliti dari berbagai institusi termasuk Australian National University (ANU), Flinders University, University College London (UCL) dan ARC Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage telah menemukan ribuan artefak batu dan tulang hewan yang berasal dari masa pendudukan manusia. Kembali puluhan ribu tahun.
Tim yang dipimpin oleh Dr Siri Shipton dari Universitas California, melakukan penggalian ekstensif di tempat perlindungan batu tersebut. Mereka dengan cermat menganalisis lapisan sedimen yang terakumulasi selama ribuan tahun. Dengan menggunakan teknik seperti penanggalan karbon dan fluoresensi yang distimulasi secara optik, mereka dapat menentukan kapan lapisan-lapisan ini diendapkan dan kapan perkakas batu kemungkinan besar akan digunakan.
Artefak yang ditemukan termasuk perkakas batu kecil, yang mungkin digunakan untuk memotong dan mengikis, serta arang, abu, dan tulang ikan hangus, menunjukkan bahwa penghuni Leila Rock Shelter terlibat dalam memasak dan mungkin bentuk pengolahan makanan lainnya. Kehadiran artefak-artefak tersebut, beserta penanggalan lapisan sedimen, menunjukkan bahwa manusia sudah ada di Timor Timur sekitar 44.000 tahun yang lalu.
Gambar representatif
Penemuan ini sangat penting karena menantang teori-teori sebelumnya tentang rute yang diambil manusia purba selama migrasi mereka dari Asia Tenggara ke Australia. Tidak adanya kehadiran manusia purba di Timor menunjukkan bahwa pemukim awal di Australia mungkin menggunakan New Guinea, bukan Timor, sebagai batu loncatan untuk mencapai benua tersebut.
Profesor Sue O'Connor dari Australian National University, salah satu penulis penelitian ini, menyoroti pentingnya temuan ini. Dia menunjukkan bahwa tidak adanya manusia di pulau Timor setidaknya 50.000 tahun yang lalu menunjukkan bahwa manusia pertama ini tiba di pulau tersebut lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini konsisten dengan bukti baru yang menunjukkan bahwa manusia purba menyeberang ke Australia menggunakan Papua Nugini.
Pekerjaan tim peneliti di Timor Timur adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk menelusuri perjalanan kuno manusia purba. Wilayah yang mencakup negara tetangga Indonesia dan Australia ini terkenal dengan beberapa bukti tertua kehidupan manusia. Misalnya, lukisan babi berwarna oker di Sulawesi, Indonesia, yang diyakini berusia setidaknya 45.500 tahun, merupakan salah satu lukisan seni cadas tertua di Bumi.
Deposit dalam Leila Rock Shelter, yang berumur antara 59.000 dan 54.000 tahun yang lalu, tidak menunjukkan tanda-tanda jelas keberadaan manusia, sehingga memberikan apa yang oleh para peneliti disebut sebagai “tanda kedatangan”. Istilah ini mengacu pada lapisan berbeda dalam sedimen yang mewakili kemunculan pertama aktivitas manusia di area tersebut.
Implikasi dari penelitian ini sangat luas, memberikan wawasan tentang kehidupan manusia purba dan interaksinya dengan lingkungan. Hal ini juga membantu kita memahami pola migrasi dan pemukiman manusia yang lebih luas, menjelaskan bagaimana spesies kita beradaptasi dan berkembang di lingkungan yang beragam di seluruh dunia.
“Pemikir. Fanatik internet. Penggemar zombie. Komunikator total. Spesialis budaya pop yang bangga.”
More Stories
Republik Rhode Island mempersiapkan 15 pekerja kesehatan untuk misi kemanusiaan di Gaza
Megawati Indonesia mengirimkan pesan dukungan kepada Kamala Harris dalam pemilihan presiden AS
Eropa mengaktifkan latihan Pitch Black 2024