POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Tidak Ada Islamofobia di Indonesia: Menteri

Tidak Ada Islamofobia di Indonesia: Menteri

Jakarta (Antara) – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfut MD menegaskan tidak ada ketakutan berlebihan terhadap Islam atau umat Islam di Indonesia.

“Karena tidak ada Islamofobia yang dikelola negara di negara ini, tidak ada lagi ketakutan terhadap Islam,” kata menteri pada peringatan Hari Chantri Nasional 2022 yang bertema “Ideologi Negara, Ideologi Mahasiswa”.

Acara tersebut dilaksanakan pada hari Jumat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Padahal, siswa madrasah adalah lembaga yang diakui pemerintah, dan pemerintah telah mendedikasikan 22 Oktober sebagai Hari Sandri Nasional, katanya.

“Tidak ada malu mengaku muslim. Dulu muslim dipandang pemalu dan licik, tapi sekarang tidak, karena tidak ada Islamophobia. (Ini) santri tidak kalah. Prestasi untuk non pesantren ,” jelasnya.

Menurut Menkeu, gerakan vertikal Chantry di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa Islamofobia tidak pernah ada di Indonesia.

“Semua ini membantah tuduhan bahwa ada Islamofobia di Indonesia. Justru karena tidak ada Islamofobia di negara ini, Chantry dapat menciptakannya melalui gerakan vertikal yang cepat,” katanya.

Ia menjelaskan, Islamophobia hanya terjadi pada individu di masyarakat, di mana Chantri – atau santri pondok – dianggap kurang beruntung. Ia meyakini jika hal ini terjadi secara terpisah, maka akan menimbulkan kebencian terhadap agama lain.

“Kalau ini terjadi di masyarakat, ada agama Buddha di masyarakat, ada kebencian Kristen, ada kebencian Hindu, bukan hanya Islamophobia, tetapi berdasarkan perilaku individu dalam masyarakat (kita melihatnya) tetapi negara dan negara ini. tidak memiliki Islamophobia. Semua,” kata menteri.

Saat ini, katanya, Chantri membuat kemajuan luar biasa dan mengalami mobilitas sosial vertikal ke atas yang luar biasa.

READ  Kemenperin siapkan infrastruktur digital, pelatihan untuk mendukung pariwisata

“Ada presiden, wakil presiden, orang-orang dari berbagai profesi, (yaitu) pengusaha, pejabat, akademisi, pemimpin ormas, politisi, gubernur, bupati, dan walikota. Penulis dan seniman paling berpengaruh di Indonesia,” katanya.

Padahal, perdamaian dan budaya Islami sudah hidup dalam kehidupan sehari-hari, seperti praktik berbusana Islami di kampus-kampus besar seperti Universitas Indonesia, Universitas Teknologi Bandung, dan Universitas Katja Mada. Ia mengatakan, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Maruf Amin juga kerap mengundang Chantri untuk berkunjung ke Istana Kerajaan.

Berita Terkait: BKKBN imbau Chantry percepat pengurangan stunting anak
Berita Terkait: Menhub luncurkan kegiatan Chantri Day di Bekalongan, Jawa Tengah
Berita Terkait: Mendag desak peningkatan UMKM Chantry