Sejak tahun 1970-an, Indonesia dan Taiwan telah menjalin hubungan yang positif. Pada tahun 1970, Indonesia mendirikan kantor perdagangan formal di Taipei. Taiwan membalasnya dengan mendirikan kantor perwakilannya di Jakarta pada tahun berikutnya.
Selama 52 tahun hubungan bilateral, interaksi people-to-people antara Indonesia dan Taiwan telah sangat mendorong hubungan kedua negara. Ratusan ribu ekspatriat Indonesia telah pindah ke Taiwan selama lima dekade terakhir untuk bekerja dan belajar. Banyak yang memutuskan untuk tinggal di Taiwan.
Pada 25 November, Badan Imigrasi Nasional melaporkan ada 237.049 WNI yang tinggal di Taiwan. Orang Indonesia adalah kelompok orang asing terbesar kedua yang tinggal di Taiwan setelah orang Vietnam. Hidup harmonis dalam masyarakat Taiwan, melintasi 22 wilayah administrasi negara, dan memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi Taiwan.
Diaspora Indonesia sangat penting bagi Taiwan.
Diaspora adalah komunitas transnasional dari tanah air yang sama yang telah berimigrasi ke tanah lain tetapi mempertahankan identitas nasionalnya. Kelompok ini mempertahankan ikatan budaya dengan tanah air mereka dan mempromosikan nilai-nilai tradisional di tanah tempat mereka menetap. Diaspora Indonesia di Taiwan mengacu pada warga negara Indonesia yang tinggal di seluruh negeri dan tetap melestarikan budaya dan tradisi Indonesia.
Buruh migran merupakan kelompok utama diaspora Indonesia. Mereka bekerja di pabrik dan sebagai pengasuh di rumah, dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari di Taiwan. Caregiver Indonesia, misalnya, membantu ribuan keluarga Taiwan dengan merawat lansia.
Masyarakatnya yang menua dan tingkat kelahiran yang menurun menimbulkan tantangan serius bagi Taiwan.
Dewan Pembangunan Nasional memproyeksikan bahwa Taiwan akan menjadi masyarakat yang menua pada tahun 2025, ketika 20 persen dari total populasi berusia 65 tahun atau lebih.
Negara ini diperkirakan akan memiliki angka kelahiran terendah di dunia sebesar 1,12 kelahiran per perempuan pada tahun 2035. Dengan demikian, tanggungan diharapkan akan melebihi jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2060.
Pertumbuhan penduduk yang bergantung pada pemerintah mengundang lebih banyak pekerja asing ke Taiwan. Sebagai salah satu negara yang menjadi target kebijakan Newbound South, Indonesia menyediakan 33,9 persen dari total tenaga kerja asing di Taiwan. Berkontribusi untuk memecahkan masalah kekurangan tenaga kerja di Taiwan.
Pekerja migran Indonesia penting bagi perekonomian Taiwan dan dapat berfungsi sebagai agen diplomasi budaya Indonesia. Bekerja sama dengan kelompok lain di diaspora Indonesia, seperti pelajar dan pasangan Taiwan, mereka secara rutin menyelenggarakan acara publik untuk mempromosikan citra positif Indonesia.
Diaspora Indonesia mendirikan Indonesian Diaspora Network (IDN), yang telah bekerja keras untuk memfasilitasi pertukaran budaya antara diaspora Indonesia dan Taiwan, membantu menjembatani kesenjangan antara budaya Indonesia dan Taiwan.
Untuk merayakan Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober, IDN mengadakan Festival Batik dan Ecoprint tahunan di Museum Nasional Taiwan cabang Taman Nanmen, di mana warga Taiwan dapat mempelajari seni batik, teknik pewarnaan tahan lilin tradisional untuk mencetak dengan bunga dan dedaunan, serta menikmati tarian klasik, musik tradisional Indonesia, fashion show makanan dan batik bersama diaspora Indonesia.
Anggota IDN juga mengajar bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Taiwan untuk mendukung kebijakan Kementerian Pendidikan yang memasukkan bahasa-bahasa Asia Tenggara ke dalam kurikulum dasar dan menengah. Melalui program tersebut, mahasiswa Taiwan dapat belajar tentang segala hal yang berkaitan dengan budaya Indonesia.
Kebijakan ini diperlukan karena Taiwan perlu menyerap keturunan keluarga imigran baru yang terus bertambah.
Isu yang krusial adalah sudut pandang muslimah Indonesia yang berhijab. Mempelajari makna religius hijab akan mengarah pada pemahaman dan rasa hormat yang lebih besar bagi komunitas Muslim.
Taiwan menganggap lingkungan seperti itu sebagai kunci pasar halal global. Untuk itu, pemerintah berinvestasi pada wisata Islami dengan memasang musala Islami di banyak kawasan wisata dan pusat transportasi. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga dapat membantu Taiwan dalam menyediakan lingkungan yang ramah Muslim.
Diaspora Indonesia mendukung upaya tersebut melalui kegiatan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (NU), ormas Islam terbesar di Indonesia. NU berpartisipasi dalam inisiatif pemerintah menerbitkan sertifikasi Halal untuk produk makanan dan restoran. Kerja sama antara kedua pihak telah meningkatkan jumlah restoran halal bersertifikat di Taiwan menjadi 250 restoran.
Dia mencatat bahwa diaspora Indonesia adalah mitra potensial bagi sektor publik dan swasta di Taiwan. Oleh karena itu, kerja sama serupa harus diperluas ke bidang lain untuk kepentingan kedua negara.
A. Safril Mubah adalah Asisten Profesor Hubungan Internasional di Universitas Airlangga di Indonesia dan Taiwan Research Fellow di National Chengchi University.
Komentar akan dimoderasi. Pertahankan komentar yang relevan dengan artikel. Komentar yang mengandung bahasa vulgar atau vulgar, serangan pribadi dalam bentuk apapun, atau promosi akan dihapus dan pengguna diblokir. Keputusan akhir akan menjadi kebijaksanaan Taipei Times.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia