POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Mengutamakan pendekatan budaya untuk menyelesaikan masalah kelompok bersenjata Papua: MPR

Mengutamakan pendekatan budaya untuk menyelesaikan masalah kelompok bersenjata Papua: MPR

Harus ada tindakan tegas terhadap penyalahgunaan Dana Otonomi Khusus yang tidak tepat sasaran dan merugikan kepentingan rakyat Papua.

JAKARTA (Antara) – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Susatyo menggarisbawahi perlunya pendekatan budaya dan kesejahteraan untuk menyikapi isu kegiatan separatis oleh kelompok kriminal bersenjata (KKP) di Papua.

“Penyelesaian masalah KKB harus dilakukan secara komprehensif, (dan) selain langkah konkrit dan terukur oleh aparat keamanan (TNI dan Polri), harus (dilakukan) dengan mengedepankan pendekatan budaya dan kesejahteraan. ,” tegasnya.

Hal itu disampaikan Soesatyo saat menyampaikan pidatonya pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di gedung DPR, Rabu.

Menurut juru bicara MPR itu, Indonesia masih menghadapi persoalan perlawanan KKB di Papua. Untuk itu, penyelesaian separatisme dan persoalan KKB harus dilakukan secara komprehensif.

Ia juga mendesak pemerintah menindak tegas pihak-pihak yang menyalahgunakan dana otsus Kepausan.

“Yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya tindakan tegas terhadap penyalahgunaan dana otsus yang tidak tepat sasaran dan merugikan kepentingan rakyat Papua,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia mencatat bahwa Indonesia saat ini menghadapi ancaman keamanan non-tradisional seperti terorisme, perubahan iklim, dan perang dunia maya, yang telah menjadi pusat dinamika geopolitik.

Dalam sambutannya, beliau juga menyoroti bahwa dinamika geopolitik dunia telah mengalami perubahan yang signifikan dalam dua dekade terakhir.

Soesatyo mencatat, pada tataran persaingan global, terjadi pergeseran perimbangan kekuatan di arena geopolitik dan perluasan pengaruh ekonomi dan militer banyak negara.

“Di sisi lain, aliansi dan kemitraan geopolitik juga mengalami perubahan,” ujarnya.

Lebih lanjut Soesatyo mencatat bahwa pada tingkat persaingan regional, terdapat peningkatan persaingan antar negara untuk mempengaruhi dan melindungi kepentingan mereka sendiri di wilayah geopolitik yang berbeda, yang mencerminkan persaingan politik dan ekonomi yang kompleks.

READ  Bagaimana karang yang 'ditemukan secara tidak sengaja' di Sentosa dapat membantu para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan laut di Singapura

Selanjutnya, perkembangan teknologi informasi dan transformasi digital mengarah pada interaksi yang lebih intensif antar negara di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Teknologi memberikan latar belakang baru untuk konflik dan persaingan.

Dia juga mencatat bahwa dalam 20 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam teknik pertahanan dan teknologi militer serta kemajuan dalam pengembangan perang siber yang memberikan keunggulan taktis dalam peperangan.

Berita terkait: Polisi Papua memperkuat Homeo menyusul serangan hari Minggu
BERITA TERKAIT: Pemerintah imbau kehati-hatian dalam upaya pembebasan sandera pilot di Papua
BERITA TERKAIT: Pembicaraan pembebasan penerbang Suzi yang diculik Strategi kunci: TNI

Diterjemahkan oleh: Narta Margaretha, Raga Adji
Pengarang : Sri Haryati
Hak Cipta © ANTARA 2023