JAKARTA, 4 September – Masyarakat Indonesia hari ini menyatakan keprihatinan atas keamanan data medis pribadi mereka menyusul bocornya sertifikat vaksinasi virus corona presiden dan kompromi dari prosesor tes utama.
Indonesia memiliki catatan keamanan siber yang lemah, sedangkan literasi online rendah dan sering terjadi kebocoran di masa lalu.
Pemerintah mengatakan sertifikat vaksinasi Joko Widodo – tersebar secara online, menunjukkan nomor identifikasi dan waktu vaksinasi yang telah diaudit – telah dibocorkan oleh pengguna yang menemukan datanya di utilitas pemantauan vaksin resmi Bedlindlungi.
“Orang-orang tertentu memiliki akses ke sertifikat vaksinasi Pak Joko Widodo menggunakan fitur pengujian vaksin yang tersedia di Pedulindungi,” kata pernyataan resmi kemarin.
Ageng Vibowo, 39, yang berbasis di Jakarta, mengatakan kebocoran itu membuatnya tegang dan menyerukan undang-undang keamanan siber yang lebih ketat.
“Jika data presiden bocor, bagaimana dengan saya sebagai orang biasa?”
Namun, pejabat Kementerian Komunikasi dan Informatika mengalihkan kesalahan, dengan mengatakan data Jokowi telah diakses melalui situs web Komisi Pemilihan Umum.
Menteri Kesehatan Pudi Gunadi Satikin mengatakan pihak berwenang telah memblokir akses ke data pejabat publik setelah pelanggaran tersebut.
Para pejabat mengatakan mereka bekerja untuk meningkatkan keamanan data pengguna yang mengayuh.
Kebocoran itu muncul hanya beberapa hari setelah para peneliti di penyedia enkripsi vpnMentor mengungkapkan bahwa data 1,3 juta pengguna tes dan prosesor jejak pemerintah telah dikompromikan.
Para peneliti mengatakan informasi yang bocor termasuk data penumpang dan hasil tes Pemerintah-19.
“Pelanggaran data sering terjadi di Indonesia karena penetrasi digital yang sangat tinggi di Indonesia, dan sayangnya kesadaran digital yang tepat dari pengelola data tidak diikuti,” kata analis keamanan siber Alphonse Tanujaya di Jakarta.
Ketika orang-orang mengekspresikan kemarahan mereka secara online, seorang pengguna men-tweet: “Berapa banyak lagi kasus besar yang harus menunjukkan bahwa ID dan manajemen data gagal di negara kita?”
Pada Mei lalu, data lebih dari 200 juta peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dilaporkan dibocorkan oleh peretas. – AFP
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi