JAKARTA, 29 April (Reuters): Pejabat senior Kementerian Keuangan mengumumkan bahwa anggaran negara untuk 2022 mungkin lebih kecil dari anggaran tahun ini karena pemerintah berupaya untuk mengurangi defisit anggaran dan mengurangi dukungan keuangan untuk periode pandemi.
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu melonggarkan aturan fiskalnya selama tiga tahun mulai 2020 untuk memungkinkan pengeluaran pemerintah yang lebih besar di tengah pandemi virus korona, tetapi telah berjanji untuk mengembalikan defisit fiskal di bawah batas undang-undang sebesar 3% dari produk domestik bruto (PDB) mulai tahun 2023. .
Menteri Keuangan Sri Moliani Indrawati mengatakan dalam forum online bahwa pemerintah sedang mempersiapkan anggaran tahun 2022 di kisaran 2.631,8 triliun rupee hingga 2.775,3 triliun rupee ($ 182 miliar hingga $ 192 miliar), dengan proyeksi defisit dari 4,51% menjadi 4,85%.
Batas bawah kisaran itu akan lebih kecil dari 2.750 triliun rupee yang diperkirakan akan dibelanjakan Indonesia tahun ini. Defisit anggaran 2021 diperkirakan 5,7%, sedangkan kesenjangan fiskal tahun lalu 6,1% adalah yang terbesar dalam beberapa dekade.
Kepala Biro Kebijakan Fiskal Vibrio Kakaribo mengatakan dalam seminar terpisah bahwa anggaran 2023 akan semakin dipersempit dan kesenjangan fiskal akan dipersempit menjadi 2,71% menjadi 2,97%.
“Kami akan terus merancang belanja sebagai faktor stabilisasi otomatis. Ketika ekonomi sedang stres, kami akan membantu, tetapi kami akan mengurangi setelah ekonomi membaik sehingga APBN tetap fleksibel dan kami relatif dapat menjaganya tetap berkelanjutan dan sehat, kata Sri Moliani.
Para ekonom telah memperingatkan pembuat kebijakan Indonesia bahwa menarik stimulus terlalu cepat dapat menggagalkan pemulihan ekonomi, tetapi para pejabat mengatakan kembali ke disiplin fiskal yang ketat adalah hal yang baik.
Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade tahun lalu, menyusut 2,07%, dan pemerintah mengharapkan pemulihan ke pertumbuhan 4,5% hingga 5,3% tahun ini.
Dan Sri Moliani mengatakan, jika kita mengasumsikan bahwa Indonesia melanjutkan reformasi struktural dan wabah virus korona terkendali, maka pertumbuhan akan meningkat menjadi 5,8% tahun depan dan 6,1% pada tahun 2023.
Ia mencontohkan Job Creation Act sebagai salah satu reformasi besar pemerintah. Undang-undang kontroversial itu disahkan tahun lalu untuk melonggarkan aturan investasi dalam upaya menarik investasi asing yang lebih besar.
Menteri mengatakan bahwa belanja pemerintah tahun depan akan “lebih seimbang” dengan mengalokasikan lebih banyak infrastruktur dan program pembangunan manusia, sementara beberapa bantuan sosial akan disediakan untuk kelompok rentan.
Sri Moliani juga mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi yang tidak merata di seluruh dunia dapat menyebabkan tingkat suku bunga global yang lebih tinggi, sehingga pihak berwenang akan meningkatkan penerbitan obligasi ritel domestik untuk mencoba mengendalikan biaya pinjaman. Reuters
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian