Jakarta, IndonesiaDan 18 Mei 2022 /PRNewswire/ – Pemerintah Indonesia mendesak Digital Economy Working Group of the Group of Twenty (DEWG) untuk melanjutkan pembahasan konektivitas digital.
Menkominfo menyampaikan, “Saya kira kita semua telah menyaksikan pentingnya TIK dalam membantu masyarakat mengatasi dampak pandemi COVID-19,” kata Menkominfo, Johnny Jdiumumkan.
DEWG adalah bagian dari Sherpa Trail Indonesia untuk G20. Kelompok kerja ini berawal dari pembentukan Satuan Tugas Ekonomi Digital (DETF) G20 pada tahun 2017 selama kepresidenan G20 di Jerman.
Pokja ini bertugas membahas implementasi teknologi digital yang saling terhubung, terlindungi, dan aman untuk mengembangkan ekonomi digital yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.
Pertemuan kelompok kerja kedua, di bawah Indonesia Kepresidenan Kelompok Dua Puluh, diadakan di Yogyakarta pada tanggal 17-19 Mei 2022membahas masalah komunikasi digital.
Sebagai Ketua Kepresidenan G-20 2022, Indonesia Mendorong peserta DEWG 2022 untuk membahas tiga isu prioritas: konektivitas digital dan pemulihan setelah COVID-19; keterampilan digital dan literasi digital; Selain aliran data lintas batas dan aliran data yang gratis dan andal.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Blitt menekankan pentingnya mengatasi kesenjangan digital dengan membangun konektivitas digital atau infrastruktur komunikasi.
Dia mendesak dalam pertemuan kedua DEWG agar diskusi fokus pada inklusi, pemberdayaan, dan keberlanjutan untuk meningkatkan posisi global dan pulih dari pandemi COVID-19.
Kesenjangan digital telah menjadi masalah sampai sekarang. Menurut data International Telecommunication Union (ITU), pada tahun 2021, 2,9 miliar orang di seluruh dunia belum pernah menggunakan Internet.
Sementara itu, menurut data Bank Dunia untuk Indonesia94 juta orang dewasa tidak dapat mengakses internet melalui perangkat seluler pada tahun 2019.
“Kesenjangan digital tetap menjadi tantangan. Dan mereka yang memiliki akses ke internet broadband tetap jauh lebih sedikit,” kata Platt.
Kesenjangan digital menjadi salah satu alasan yang mendorong forum Electronic Working Group of the Group of Twenty (G20) membahas masalah konektivitas digital.
Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang bertanggung jawab atas DEWG, berupaya mengatasi kesenjangan digital dengan memperkuat kerja sama untuk memajukan pembangunan besar-besaran infrastruktur digital antara negara-negara anggota G20 dan seluruh dunia.
komunikasi digital
Perdebatan tentang konektivitas menjadi semakin penting di tengah gejolak ekonomi global yang berdampak pada ketersediaan pangan, komoditas, dan energi serta menyebabkan kenaikan inflasi.
Menteri Blitt menekankan bahwa “pembahasan tentang konektivitas digital menjadi penting pada pertemuan kedua DEWG karena setelah pandemi COVID-19, perekonomian sangat didukung oleh penggunaan komunikasi digital dalam menyelesaikan berbagai masalah masyarakat serta memberdayakan masyarakat itu sendiri. .”
Lebih lanjut Blit menyoroti bahwa pandemi telah menunjukkan sejauh mana masyarakat bergantung pada ekosistem digital di berbagai sektor publik, seperti pendidikan, kesehatan, dan tentu saja pembangunan ekonomi.
Mengingat pentingnya isu konektivitas digital, isu prioritas DEWG dibahas dalam lima sub topik.
Pertama, kata Blight, DEWG membahas pemahaman bersama tentang komunikasi digital dengan menempatkan komunitas sebagai fokus utama upaya memajukan komunikasi digital.
“Inilah yang kami maksud dengan komunikasi digital yang fokus pada masyarakat,” ujarnya.
Sub topik kedua dari diskusi konektivitas digital pada pertemuan kedua DEWG adalah keamanan digital sebagai key enabler untuk mendukung komunitas bisnis.
Intensifikasi komunikasi digital secara tidak langsung juga memunculkan tantangan baru berupa berbagai risiko keamanan digital yang mengancam keselamatan pengguna Internet di Internet, khususnya para pelaku ekonomi digital yang semakin meningkat.
Menyadari pentingnya keamanan digital dalam mendukung keberlanjutan bisnis digital di masa depan, DEWG telah memutuskan untuk memfasilitasi pengumpulan praktik keamanan dan keselamatan digital saat ini.
Terkait subtema ketiga, Pokja sepakat untuk membentuk Jaringan Inovasi Digital G20 sebagai kelanjutan dari Asosiasi Inovasi G20 yang diselenggarakan oleh Kepresidenan G20 Italia tahun lalu.
Jaringan ini bertujuan untuk mewadahi dan mendukung kolaborasi para pelaku inovasi digital di seluruh dunia, seperti startup, pemodal ventura, korporasi, dan pemerintah.
Terkait subtema keempat, DEWG G20 menyambut baik terselenggaranya Pameran Transformasi Digital yang akan menampilkan capaian-capaian anggota G20 terkait kebijakan dan informasi strategis transformasi digital.
“Kepresidenan G20 Indonesia berharap konsep acara tersebut dapat diterima secara positif dan antusias oleh para pemegang Kepresidenan G20 mendatang,” kata Menteri Plait.
Terkait subtema kelima, DEWG G20 mendukung gagasan International Telecommunication Union (ITU) tentang inisiatif Smart Village dan Smart Island.
Dukungan untuk ide ini muncul Indonesia Komitmen memanfaatkan peran G-20 untuk menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat global. Grup DEWA mendorong solidaritas dalam penggunaan transformasi digital, tidak hanya dari negara-negara anggota G20 tetapi juga dari negara-negara non-anggota, terutama Negara-negara Berkembang Pulau Kecil.”
Sekretaris Blitt menyampaikan terima kasih atas kelancaran, tepat waktu, dan fokus pelaksanaan rapat kelompok kerja Digital Working Group kedua.
Blight juga mengingatkan seluruh delegasi dan knowledge partner untuk mengikuti pertemuan DEWG ke-3 yang akan diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada tahun 20-21 Juli2022.
Tautan lampiran gambar:
koneksi: http://asianetnews.net/view-attachment?attach-id=421514
Sumber Kementerian Komunikasi dan Informatika
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian