Artikel berikut diterjemahkan menggunakan Microsoft Azure Open AI dan Google Translation AI. Artikel asli dapat dilihat di Ekonomi RI Tumbuh 5,05 Persen Pada 2023, Lebih Rendah dari 2022
JAKARTA, Kompas – Sepanjang tahun 2023, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Beberapa faktor, terutama tekanan kondisi global dan fenomena El Niño menyebabkan perekonomian hanya tumbuh moderat. Namun faktor lokal seperti aktivitas mobilitas masyarakat dan pemilihan umum mampu mencegah perekonomian semakin terpuruk.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama triwulan IV tahun 2023 (Oktober-Desember 2023), PDB atas dasar harga berlaku Indonesia sebesar Rp5.114,8 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp2.988,5 triliun. .
Dengan capaian tersebut, perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2023 mencatat pertumbuhan sebesar 5,04 persen secara tahunan dan 0,45 persen secara triwulanan. Situasi ini membaik dibandingkan triwulan III tahun 2023, ketika pertumbuhan ekonomi turun di bawah “batas alami” sebesar 5 persen atau hanya mencapai 4,94 persen secara tahunan.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 di Tengah Kondisi Global dan Pemilu
Namun dengan adanya perlambatan disana-sini serta penurunan pertumbuhan pada kuartal III, perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2023 hanya mampu tumbuh sebesar 5,05 persen (sepanjang tahun). Lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 yang menyentuh angka 5,31 persen secara tahunan dan mencapai rekor tertinggi sejak tahun 2014.
Secara keseluruhan, pencapaian tersebut sejalan dengan konsensus pasar yang memperkirakan perekonomian pada triwulan IV tahun 2023 akan tumbuh pada kisaran 5,0-5,06 persen, serta 5,04-5,05 persen sepanjang tahun 2023. Pencapaian tersebut juga sejalan dengan kebijakan pemerintah. harapan. Meski hanya mampu mencapai tujuan minimal. Pemerintah sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 berkisar antara 5,0 hingga 5,3 persen.
Amalia Adiningar Widyasanti, Pj Kepala Badan Pusat Statistik, menjelaskan perekonomian Indonesia pada tahun 2023 akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya akibat perlambatan perekonomian global, turunnya harga barang-barang ekspor unggulan, dan fenomena El Niño yang membuat sektor pertanian dan pertanian mengalami penurunan. pertumbuhan bisnis melambat dibandingkan tahun 2023, terutama pada paruh kedua tahun lalu.
Baca juga: Di Tahun Politik, BI Janji Tetap Independen
Meski demikian, Amalia menilai perlambatan tersebut masih menunjukkan kinerja perekonomian yang kuat sepanjang tahun 2023. Ia juga menilai perlambatan ekonomi tersebut tidak terlalu besar dibandingkan tahun 2022.
“Di tengah perlambatan perekonomian global, perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,05 persen. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa karena perekonomian Indonesia berhasil tetap kuat di tengah perlambatan perekonomian global,” ujarnya dalam konferensi pers yang beragam. Senin. 2/2024).
Konsumsi melambat
Lebih detailnya, jika dilihat dari komponen pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih akan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada tahun 2023. Konsumsi masyarakat tetap terjaga dengan tetap menjaga inflasi, menjaga daya beli masyarakat, dan meningkatkan aktivitas pariwisata.
Namun konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh lebih rendah pada tahun 2023, yaitu sebesar 4,82 persen dibandingkan 4,94 persen pada tahun 2022. Demikian pula pada triwulan IV tahun 2023, konsumsi melambat menjadi hanya 4,47 persen dari sebelumnya 5,06 persen. “Konsumsi rumah tangga melambat terutama disebabkan oleh perlambatan belanja kelompok menengah atas,” kata Amalia.
Penyumbang perekonomian terbesar kedua adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebagai indikator kinerja investasi yang tumbuh sebesar 4,4 persen. PMTB tumbuh positif karena dukungan pembangunan infrastruktur dan peningkatan aktivitas investasi di Indonesia.
Kombinasi konsumsi rumah tangga dan PMTB memberikan kontribusi total sebesar 82,51 persen terhadap PDB, ujarnya.
Baca juga: Pemilu 2024 di Tengah Ketidakpastian Perekonomian Global
Di tengah dinamika pemilu yang berlangsung sejak paruh kedua tahun 2023, konsumsi Rumah Tangga Nirlaba yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga tumbuh tinggi sebesar 9,83 persen. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas persiapan pemilu, baik oleh peserta pemilu maupun penyelenggara.
Terkait kinerja ekspor yang terdampak pada tahun 2023 akibat perlambatan iklim perdagangan global mampu mencapai pertumbuhan positif sebesar 1,32%. Impor menjadi satu-satunya pos pengeluaran yang mengalami kontraksi pada tahun 2023, turun sebesar 1,65 persen.
Sementara itu, dari sisi komponen usaha, seluruh bidang usaha tumbuh positif sepanjang tahun 2023. Bidang usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah sektor industri pengolahan (tumbuh sebesar 4,64 persen), disusul perdagangan (tumbuh sebesar 4,85 persen), dan pertanian (tumbuh sebesar 4,85 persen). persen). 1,30 persen), pertambangan (tumbuh 6,12 persen), dan konstruksi (tumbuh 4,91 persen).
“Pada tahun 2023, industri pengolahan kembali menjadi sumber pertumbuhan tertinggi dengan kontribusi sebesar 0,95 persen terhadap perekonomian. Industri pengolahan masih tumbuh stabil karena kuatnya permintaan domestik dan global,” ujarnya.
Berfokus ke dalam
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardidi menilai perekonomian Indonesia pada 2023 masih bertahan berkat faktor domestik, seperti konsumsi rumah tangga yang masih menjadi kontributor utama perekonomian. Konsumsi rumah tangga juga tetap stabil berkat indikator inflasi yang terkendali. Pada akhir triwulan IV tahun 2023, inflasi tercatat masih rendah yakni kurang dari 3 persen secara tahunan.
“Konsumsi rumah tangga, khususnya masyarakat berpendapatan rendah, juga ditopang oleh penyaluran bantuan sosial, khususnya bantuan langsung tunai (BLT) sebagai bagian dari upaya pemerintah memitigasi dampak fenomena El Niño,” imbuhnya.
Di sisi lain, indeks PMTB yang menjadi salah satu indikator kinerja investasi terus menunjukkan pertumbuhan positif karena pemerintah mempercepat penyelesaian proyek infrastruktur strategis yang dijadwalkan selesai pada tahun 2023, dengan semakin dekatnya masa jabatan pemerintah pada tahun 2024. .
Selain itu, faktor eksternal seperti kinerja ekspor dan impor belum dapat diandalkan untuk menopang perekonomian Indonesia akibat perlambatan ekonomi global yang berkepanjangan. Apalagi kenaikan harga komoditas yang menjadi penggerak perekonomian pada tahun 2022 berangsur-angsur menurun.
Situasi ini menyebabkan penurunan volume perdagangan global dan penurunan surplus perdagangan Indonesia, kata Josua.
Baca juga: Bank Dunia memperkirakan investasi global akan melambat pada tahun 2024, yang merupakan pertanda buruk bagi Indonesia
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Kementerian: Kerja sama dan inovasi menjadi kunci pengembangan industri game
Indonesia mendorong kerja sama di bidang ekonomi dan iklim pada G20 di Brazil
Abindo Ungkap Alasan Stabilitas Perekonomian Indonesia di 5%