Indonesia telah dilanda serangkaian skandal korupsi yang menyebabkan banyak pejabat tinggi dituduh melakukan kesalahan.
Tuduhan terbaru ditujukan terhadap mantan Menteri Pertanian Saihrul Yasin Limbaugh. Awal bulan ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Limpo di apartemennya di Jakarta Selatan, dengan tuduhan melakukan korupsi dan pemerasan saat masih menjabat. Kasusnya masih berlangsung.
Limbaugh memicu perdebatan publik karena ia dijadwalkan kembali ke ibu kota, Jakarta, pada 1 Oktober setelah mendapat perawatan medis di luar negeri. Namun, dia hilang selama beberapa hari dan kembali setelah Ketua Umum Partai Nastam Surya Balo mendesaknya pulang.
Joko Widodo telah dilantik untuk masa jabatan kedua dan terakhirnya sebagai presiden Indonesia. Akibatnya, negara Asia Tenggara ini diperkirakan akan menghadapi pemilu yang sangat kompetitif pada tahun 2024.
Siapa lagi yang disebut-sebut dalam skandal korupsi?
Selain Syarul Limbaugh, dua menteri dan seorang mantan menteri juga disebutkan secara terpisah dalam penyelidikan korupsi tersebut. Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumathi diperiksa sebagai saksi atas dugaan suap terkait pembangunan dan pemeliharaan kereta api.
Sementara itu, Menteri Olahraga dan Pemuda Tito Ariotejo diduga menerima suap sebesar 27 miliar rupiah ($1,72 juta, €1,62 juta) terkait proyek Base Transceiver Station (BTS) 4G. Ia membantah tuduhan tersebut setelah memberikan kesaksian dalam persidangan korupsi mantan Menteri Telekomunikasi dan Informatika Johnny G. Blade.
Persidangan dimulai pada Juni 2023 dan membawa kita ke Plate yang dituduh melakukan korupsi dalam pembangunan menara transmisi telepon seluler di daerah-daerah terpencil di negara tersebut. Kasusnya masih berlangsung.
Kurangnya uji tuntas
Zaenur Rohman dari Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Katja Mada (Bukat UGM) mengatakan skandal terbaru ini bisa menjadi sinyal buruknya ketekunan Widodo, yang biasa disapa Jokowi, dalam proses rekrutmen calon menteri.
“Tidak ada proses untuk menilai rekam jejak, latar belakang, dan kepemimpinan seorang calon menteri. Kenapa? Kita lebih utamakan untuk mengakomodir kebutuhan partai pengusung dan relawan pendukung presiden. Jadi kemampuan calon, integritas dan lain sebagainya, tidak ada. tidak dilihat sebagai faktor terpenting,” kata Zaenur Rohman kepada DW.
Pada periode keduanya, Jokowi diketahui banyak menampung orang-orang dari berbagai pandangan politik untuk menjabat sebagai menterinya, termasuk rivalnya, Prabowo Subianto. Hal ini menyebabkan beberapa oposisi yang sebagian besar tidak signifikan terhadap pemerintahannya.
Namun demikian, Zaenur Rohman mencatat bahwa saingan politik mungkin masih berperan dalam jatuhnya terdakwa.
“Itu bagus. Akan lebih baik jika para petinggi ini saling mengekspos daripada saling menutupi,” tambah Janur Rohman.
Negara kepulauan ini rencananya akan menyelenggarakan pemilihan umum pada Februari 2024. Sekitar 204 juta pemilih akan memilih presiden dan wakil presiden baru mereka, serta anggota parlemen nasional dan daerah.
Mulai dari bantuan bantuan covid hingga benih lobster
Pada masa kepemimpinan Jokowi, empat mantan menteri sudah mendekam di penjara karena terbukti melakukan korupsi.
Pada Agustus 2021, mantan Menteri Sosial RI Juliari Padupara divonis 12 tahun penjara dalam skandal korupsi Covid-19 bernilai jutaan dolar.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi divonis 7 tahun penjara dan denda Rp 400 juta pada Juni 2020 setelah dinyatakan bersalah melakukan korupsi terkait hibah dan gratifikasi senilai Rp 8,3 miliar.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Eddie Prabowo dinyatakan bersalah menerima suap terkait izin ekspor benih lobster dan divonis 5 tahun penjara pada pertengahan 2021. Sementara itu, pada April 2019, mantan Menteri Sosial Idrus Marham terpidana korupsi karena menerima suap. Dia divonis tiga tahun penjara dan denda Rp 150 juta.
Indeks Persepsi Korupsi mengalami penurunan
Wawan Heru Suyatmiko, Wakil Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia, meyakini isu korupsi sudah menjadi hal yang sistemik dalam politik Indonesia.
“Ada yang namanya korupsi politik, yang sering dibantah atau diabaikan karena dianggap tidak penting karena tidak merugikan keuangan negara, padahal penting,” ujarnya kepada DW.
Ia mencontohkan perubahan undang-undang untuk melegitimasi keinginan suatu kelompok untuk berkuasa atau dikenal dengan legalisme otoritarian.
Indeks Persepsi Korupsi 2022 Transparency International (TI) mengungkapkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia semakin memburuk, menempatkan negara kepulauan ini di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Diedit oleh: John Silk
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi