Bagikan artikelnya
Museum Seni Akung Rai di Ubud, juga dikenal sebagai Museum ARMA, mengadakan festival seni dan budaya bagi wisatawan akhir pekan ini.
Museum seni dan budaya terlengkap di pulau ini berharap dapat menampilkan warisan unik pulau ini dengan sebaik-baiknya kepada pengunjung.
Pada hari Sabtu tanggal 9 dan Minggu tanggal 10 Desember, The Museum ARMA Sebuah perayaan seni, budaya dan kreativitas Bali.
Tema festival ini adalah ‘Melestarikan Warisan, Memicu Kreativitas’ dan terbuka untuk umum dan wisatawan didorong untuk hadir.
Pendiri ARMA Ubud Museum and Resort, Anak Agung Gede Rai mengatakan kepada wartawan, “ARMA Fest 2023 merupakan bukti kesinambungan tradisi seni dan budaya Bali dan Indonesia.”
Ia menambahkan, “Pengalaman menarik ini akan mempertemukan kami dengan para seniman, artis, dan penggemar dari seluruh penjuru untuk merayakan kekayaan warisan budaya pulau ini.”
Festival ini merupakan yang pertama kalinya diadakan di Museum ARMA.
Roy mengatakan kepada wartawan, “Tempat berkreasi dalam lingkungan yang melestarikan warisan budaya luhur Bali, patut dipertahankan hingga saat ini.”
Pengunjung akan memiliki banyak tempat untuk dijelajahi. Festival akan dibuka dengan penampilan anak-anak setempat, dilanjutkan dengan workshop seni dan tema pelestarian warisan budaya Bali yang akan berlangsung sepanjang hari.
Pihak penyelenggara melihatnya sebagai peluang untuk membangkitkan kreativitas seniman, inovator, dan seniman kontemporer.
Wisatawan juga dapat mengunjungi Museum ARMA dan banyak koleksi artefak seni dan budaya yang dipamerkan di seluruh resor.
Pengunjung festival akan mempunyai kesempatan untuk terlibat dan belajar dengan mengambil peran aktif dalam penciptaan seni dan pertunjukan.
Roy mengatakan kepada wartawan, “Kelompok ini akan memberikan tiket masuk gratis kepada anak-anak hingga sekolah menengah pertama. Sedangkan tiket masuknya mulai dari Rp350.000 per orang per hari dan Rp500.000 per orang untuk dua hari.
Ia menyimpulkan, “Kami akan memiliki agenda yang konsisten dan konsisten serta komitmen total untuk melestarikan karya seni kami.”
Museum ARMA dibuka untuk umum pada bulan Juni 1996 dan hingga hari ini diakui di seluruh dunia sebagai salah satu pameran seni dan budaya Bali terbesar dan terpenting.
Pecinta seni dari seluruh dunia mengunjungi museum ini untuk melihat sendiri koleksi lukisan Kasaman yang mengesankan.
Apa yang membuat Museum ARMA begitu istimewa adalah betapa interaktifnya keseluruhan pengalaman tersebut.
Baik berkunjung saat festival atau di hari santai, wisatawan dapat sepenuhnya membenamkan diri dalam cara hidup orang Bali dan berpartisipasi dalam lokakarya dan kelas yang sangat mencerahkan.
ARMA mengatakan, “ARMA bukan hanya tradisi yang hidup. ARMA adalah makhluk hidup. Tentu saja rasanya seperti itu.
Lokakarya dan kelas tersedia bagi wisatawan yang menginap di resor dan bagi mereka yang menginap di tempat lain.
Salah satu kelas yang paling populer adalah kelas Rindik. Selama tiga jam, para tamu diajari cara memainkan alat musik seperti gambang bambu, yang memainkan peran utama dalam band tradisional Bali yang disebut gamelan.
Belajar bermain rindik lebih rumit dari yang terlihat dan lokakarya ini adalah cara yang fantastis untuk menyelami budaya Bali secara mendalam dan menyenangkan.
Bagi Anda yang ingin membawa pulang sesuatu, kelas mengukir kayu adalah kegiatan yang tepat.
Lokakarya kerajinan diajarkan oleh beberapa tukang kayu terbaik di pulau itu dan di bawah pengawasan mereka, wisatawan diperkenalkan dengan dasar-dasar kerajinan kuno ini.
Museum ARMA bukan satu-satunya museum yang hidup di Bali. Kabupaten Karangasem memiliki Museum Kehidupan Samsara yang kurang dikenal.
Museum yang luar biasa ini adalah contoh bagus dari pariwisata yang menghormati budaya dan berkelanjutan yang ingin dipromosikan oleh para pemimpin sepanjang tahun 2023.
Kegiatan yang ditawarkan di Museum Kehidupan Samsara antara lain pembuatan arak, kelas memasak, dan kelas persembahan harian.
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi