POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Patroli Abadi – Komentar

Dewan Redaksi

Jakarta
Selasa, 27 April 2021

2021-04-27
01:07
0
9a83ea3b2805adb41e1c26538e1fa146
1
Komentar
KRI-Nangala-402, Kapal Selam, Tragedi, Pencarian, Hadi-Tajjanto, Joko-Widodo, Kecelakaan, Hercules, Pembelian
Gratis

Militer Indonesia (DNI) mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya memberikan penghormatan kepada 53 awak KRI Nangala 402 yang tewas di dalam kapal selam buatan Jerman.

Keputusan untuk menaikkan pangkat para pelaut setelah wafatnya Presiden Joko Widodo, menganugerahkan medali Negara Angkatan Laut dan memberikan tunjangan kepada anak-anak mereka merupakan pengabdian yang sangat terpuji bagi bangsa.

Tidak ada kebanggaan yang lebih besar dari pada setiap prajurit yang meninggal dalam menjalankan tugas, baik dalam perang atau misi negara lainnya, yang mungkin merupakan masalah brigade. Kepala Badan Intelijen Negara (PIN) Provinsi Papua, Jenderal I Gusti Putu Danny, tewas dalam penembakan di Kabupaten Papua di Punkak, Minggu.

KRI Nangala 402 dilaporkan kehilangan aliran listrik pada hari Rabu saat bersiap meluncurkan torpedo selama latihan di perairan utara Bali.

Masyarakat, yang telah mengikuti penyelamatan 53 awak kapal sejak kapal tersebut dilaporkan hilang, berbagi belasungkawa di media sosial, berbagi kesedihan keluarga personel angkatan laut. Pada acara penghormatan, beberapa orang mengibarkan bendera nasional setengah tiang, yang biasanya dilakukan pada saat pemakaman VVIP.

Komunitas Angkatan Laut Dunia juga mengirimkan belasungkawa atas nama Seaman Brotherhood.

Tak perlu dikatakan, tragedi ini menyedihkan tidak hanya bagi keluarga anggota tim yang berjuang untuk memodernisasi sistem keamanan utamanya di tengah kendala anggaran dan pembatasan.

DNI menghentikan berbagai pesawat dan kapal dan mencari bantuan negara tetangga setelah kehilangan kontak dengan kapal selam dalam upaya menyelamatkan para pelaut. Kapal-kapal dari Singapura, Malaysia, India, dan Australia, serta pesawat antisupmarine dari Amerika Serikat, ikut serta dalam upaya pencarian, dan bangkai kapal selam hanya dapat ditemukan 838 meter di bawah permukaan laut.

Ketua DRI Marsekal Udara Hadi Tajjanto mengatakan KRI Nangala 402 dipecah menjadi tiga bagian, yang mengesampingkan peluang awak untuk bertahan hidup.

Tragedi ini menambah daftar kecelakaan yang melibatkan peralatan keselamatan yang menua – serta yang baru dibeli – di negara itu. Contohnya, KRI Nangala 402 buatan Jerman yang dibangun 44 tahun lalu dan direnovasi pada 2012.

Pada Juni tahun lalu, pesawat tempur latih Angkatan Udara Hawk 100/200 dan helikopter Mi-17 Angkatan Darat jatuh dalam waktu sembilan hari. Pilot tidak selamat dari keluarnya jet tempur tepat waktu di Rhea, menewaskan empat dari sembilan tentara yang terlibat dalam kecelakaan helikopter di Kendall, Jawa Tengah.

Namun kecelakaan DNA paling tragis abad ini adalah kecelakaan Hercules C-130 TNI AU pada Juni 2015 di kawasan pemukiman Madonna, Sumatera Utara. 126 orang tewas dalam tragedi ini.

Karena para pelaut KRI Nangala 402 kini berpatroli selamanya, maka kesedihan kami atas kehilangan mereka minimal jika tidak ada perbaikan dalam sistem keamanan kami, termasuk pembelian kapal selam, kapal perang, pesawat terbang, dan tank.