Jakarta (Antara) – Perempuan berperan penting dalam ekonomi hijau berkelanjutan, termasuk melalui pemanfaatan sumber daya alam tanpa menimbulkan dampak negatif, menurut seorang pakar.
Dalam diskusi hipotetis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diadakan sehubungan dengan COP 26 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, Henning Barlan, Direktur Multi-Stakeholder Forestry Program Phase (MFP4), menyatakan bahwa perempuan dapat berpartisipasi dalam lingkungan hijau. ekonomi tanpa mempengaruhinya secara negatif.
“Kedua, berkontribusi terhadap ketahanan pangan dengan ekonomi yang kuat,” katanya, juga hampir terpantau dari Jakarta, Senin.
Lebih jauh lagi, perempuan berkontribusi pada kesetaraan dan kesejahteraan karena pemanfaatan yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat nyata bagi pemangku kepentingan.
Berita terkait: Indonesia ingin menjalin kerja sama ekonomi hijau dengan Inggris
Perempuan juga berperan dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati, seperti hasil hutan, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga dapat berkontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Ketua Kelompok Wanita Tani Trigona, Ilvi Putri Yanti, dari Kabupaten Siji, Sulawesi Tengah menyatakan, langkah tersebut bertujuan untuk mendorong kemandirian perempuan melalui pengelolaan sumber daya alam yang ada.
Yanti percaya bahwa para perempuan, anggota kelompok tani, mengelola sumber daya alam di sekitar mereka, mengubahnya menjadi produk bernilai tambah, yang kemudian dijual untuk mendukung ekonomi keluarga mereka. Dia dan kelompok taninya memproduksi dan menjual banyak produk non-kayu, seperti kopi dan bawang goreng.
Keanekaragaman hayati telah dimanfaatkan tanpa eksploitasi juga karena Provinsi Sigi sering mengalami bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor.
“Di sinilah kami melihat perlunya perempuan bekerja sama dengan laki-laki untuk melindungi sumber daya alam yang ada dan lingkungan kita,” kata Yante.
MFP4 adalah program yang didirikan oleh Indonesia, melalui Departemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Pemerintah Inggris, untuk mempromosikan pengelolaan hutan dan reformasi pasar sebagai cara untuk mengurangi penggunaan sumber daya hutan secara ilegal.
Berita terkait: BUMN harus bertransformasi dalam kerangka ekonomi hijau: Menteri
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian