Jakarta (Antara) – Kepala Riset Investasi Bibit.id Vivi Handoyo Lie mengatakan obligasi fixed rate (FR) memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya menarik bagi investor.
Pertama, imbal hasil obligasi FR relatif tinggi dan lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan di bank. Saat ini rata-rata imbal hasil obligasi FR sekitar 5-7 persen per tahun,” kata Lee dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Mengacu data statistik perbankan Indonesia per Desember 2022, rata-rata suku bunga deposito 12 bulan sebesar 4,68 persen per tahun, sedangkan pada periode yang sama, tingkat inflasi mencapai 5,51 persen.
Di sisi lain, pajak obligasi FR 10 persen berbeda dengan term deposit yang 20 persen, ujarnya kepada saya.
Kedua, ia mencontohkan dari segi keamanan, obligasi FR sangat aman karena pemerintah Indonesia menjamin pembayaran pokok dan voucher 100 persen.
Berbeda dengan term deposit yang jaminan maksimalnya Rp2 miliar per bank per nasabah oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), besaran investasi obligasi FR dijamin negara tanpa batas maksimal.
Dia mengatakan bahwa obligasi pemerintah Prancis umumnya disebut aset bebas risiko, karena aman untuk mengatakan bahwa hampir tidak ada risiko gagal bayar.
“Investor tidak perlu khawatir obligasi FR berjangka waktu lama karena diperdagangkan di pasar sekunder dan sangat likuid. Artinya, investor dapat menjual investasinya kapan saja sebelum jatuh tempo,” jelas Lee.
Disebutkan Bibit.id, aplikasi investasi digital terkemuka di Indonesia, kembali hadir dengan inovasi terbarunya untuk membantu investor mendiversifikasi portofolio investasinya.
Melalui Bibit Plus, setiap orang kini dapat dengan mudah membeli obligasi negara seri fixed-rate (FR) yang dijamin 100 persen oleh pemerintah Indonesia.
Untuk kejelasannya, beliau meyakinkan saya bahwa semua produk yang diinvestasikan melalui Bibit, mulai dari reksadana hingga saham dan obligasi FR terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sehingga investasi tersebut terdaftar atas nama pengguna atau investor. atas nama pemilik aset.
Apalagi tarif yang ditawarkan Bibit sangat bersaing. Harga pembelian lebih rendah, sehingga investor dapat memperoleh pengembalian yang lebih tinggi. Harga jualnya juga lebih tinggi.
Dengan demikian, spread jual beli lebih sedikit. Selain itu, tidak ada biaya tersembunyi untuk berinvestasi Obligasi FR melalui Bibit.
Menurut Vivi Handoyo Lie, obligasi FR sebagai alat investasi yang sangat aman, cocok bagi investor yang ingin melindungi asetnya dari inflasi dan memperoleh pendapatan pasif yang stabil.
Produk yang bisa dibeli kapan saja melalui Bibit juga cukup beragam. Misalnya obligasi seri FR FR0070, dengan kupon tetap sebesar 8,375 persen per tahun; FR0096, dengan kupon tujuh persen tetap per tahun; dan FR0097, dengan kupon tetap sebesar 7,125 persen per tahun.
“Keindahan obligasi FR adalah investor tahu persis apa pengembalian yang akan mereka dapatkan selama mereka memegangnya hingga jatuh tempo. Pengembalian itu terkunci ketika mereka membeli obligasi FR, dan itu tidak akan berubah bahkan jika kondisi ekonomi berfluktuasi.
Dengan Bibit Plus, pengguna kini dapat dengan nyaman berinvestasi di berbagai kelas aset, seperti reksadana, surat berharga negara (SBN) ritel, saham, dan obligasi FR dalam satu aplikasi. Pengguna juga dapat menggunakan Rekening Dana Pelanggan (RDN) sebagai metode pembayaran.
Pengalaman investasi baru melalui Bibit ini secara bertahap akan berlaku untuk semua pengguna, saat ini pengguna yang berminat dapat bergabung dengan daftar tunggu Bibit Plus.
“Kami berkomitmen untuk menghadirkan inovasi dan meningkatkan pengalaman investasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Termasuk aspek kemudahan dan diversifikasi kelas aset,” ujarnya.
Berita terkait: Kementerian Keuangan berkomitmen mengembangkan obligasi negara untuk perorangan
Berita terkait: Penerbitan obligasi syariah hijau secara global mencapai 5 miliar dolar: Menteri
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian