POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Negara-negara miskin berada di bawah tekanan besar karena konflik Rusia-Ukraina

Negara-negara miskin berada di bawah tekanan besar karena konflik Rusia-Ukraina

Kami telah mengamati kenaikan harga komoditas global, termasuk makanan dan energi, sebagai dampak tambahan pada rantai pasokan global.

JAKARTA (Andara) – Konflik antara Rusia dan Ukraina berdampak besar pada perekonomian dunia, terutama karena negara-negara miskin dan berpenghasilan rendah menanggung bebannya, kata Fabrio Gakaribu, kepala badan kebijakan fiskal kementerian keuangan.

Ia menjelaskan dalam seminar virtual side event G20, Rabu, bahwa hal itu akibat embargo negara maju terhadap Rusia yang menekan perdagangan dunia.

G20 adalah forum internasional dari 19 negara yang bekerja sama untuk menangani isu-isu kunci. Indonesia menjadi ketua grup tahun ini.

Tekanan ini mengganggu pasokan dan meningkatkan inflasi, yang pada akhirnya mempengaruhi negara-negara di seluruh dunia, terutama negara-negara miskin dan berpenghasilan rendah.

Berita Terkait: G20 harus menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas global: Menteri

“Kami telah melihat kenaikan harga komoditas global, termasuk makanan dan energi, sebagai dampak tambahan pada rantai pasokan global,” katanya.

Situasi geopolitik yang semakin buruk ini telah mempengaruhi pasar mata uang dan stabilitas ekonomi. Ini juga mempengaruhi pemulihan di banyak negara.

Tekanan utang juga meningkat secara signifikan di negara-negara miskin dan berpenghasilan rendah sebagai akibat dari kenaikan harga komoditas global.

OECD memperkirakan jika konflik terus berlanjut, ekonomi global akan melambat menjadi satu persen dan inflasi menjadi 2,5 persen.

Sementara itu, IMF memprediksi pertumbuhan global akan melambat menjadi 0,8 persen tahun ini, dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen.

Berita Terkait: Menteri Hardardo mendorong pembentukan lebih banyak pusat ekonomi

Selanjutnya, inflasi di negara maju diproyeksikan meningkat menjadi 1,8 persen dan di negara berkembang menjadi 2,8 persen.

Untuk itu, Kakaribu menekankan bahwa Presidensi G20 Indonesia memiliki tanggung jawab utama untuk menjawab tantangan dan risiko yang timbul dari kondisi ekonomi global dan regional saat ini.

Ia mengatakan, seiring dengan epidemi COVID-19 yang membuat dunia semakin terhubung dan saling bergantung, berbagai risiko global tersebut dapat diatasi bersama.

“Kami sadar ekonomi kita sedang tertekan akibat wabah COVID-19. Namun, kerja sama internasional yang kuat terbukti sangat penting dalam mengatasi tantangan ini,” katanya.

Berita Terkait: Melibatkan perempuan akan meningkatkan produktivitas perusahaan: Direktur PLN

Berita Terkait: Indonesia Bahas Tantangan UMKM di 2nd DWG Page Event