Jakarta, 10 April (Jakarta Post / JST): Di tengah meningkatnya inflasi, peringkat persetujuan Presiden Djokovic “Djokovic” Widodo telah sukses sederhana, dengan analis masih belum memutuskan sejauh mana reputasinya akan pergi.
Orang Indonesia merasakan tekanan harga komoditas global dan krisis energi yang diperburuk oleh pendudukan Rusia di Ukraina, dengan kenaikan harga makanan pokok dan bahan bakar di dalam negeri.
Komentator Indonesia Indikator Politik Bawono Kumoro dari Indonesia mengatakan kenaikan harga kemungkinan akan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintahan Djokovic. “Harga gas yang tinggi dan komoditas utama adalah salah satu masalah yang paling penting.
Masyarakat langsung merasakan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Pavono, Kamis. Harga kebutuhan pokok, pengangguran dan masalah ekonomi lainnya.”
Dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak goreng telah meningkat lebih dari 40 persen per tahun, menurut Kementerian Perdagangan. Masyarakat mengantri untuk membeli minyak goreng dalam jumlah besar dengan setengah harga yang ditetapkan pemerintah, setengah dari harga pasar yang dibatasi pasokan.
Makanan pokok lainnya seperti kedelai, gula, gandum, dan daging sapi juga meningkat 50 hingga 90 persen per minggu selama bulan puasa Ramadhan, yang biasanya meningkat lebih lanjut karena permintaan untuk barang-barang ini meningkat.
Peringkat persetujuan rendah
Dalam sebuah studi baru-baru ini oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), sebagian besar orang Indonesia puas dengan kepemimpinan Djokovic karena ia menikmati peringkat persetujuan 64,6 persen pada bulan Maret.
Namun, peringkat tersebut turun menjadi 7,1 poin persentase dari 71,7 persen pada Desember, karena kekhawatiran atas kenaikan harga Staples, penanganan Covit-19 yang buruk, dan rencana untuk memperpanjang masa jabatan presiden mulai mengikis kepercayaan publik.
“Hal ini sejalan dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi perekonomian nasional ke depan.
Denny mencatat bahwa lebih dari 41 persen responden mengatakan kebijakan pemerintah tidak puas dengan membuat kebutuhan dasar lebih terjangkau, menambahkan bahwa masyarakat khawatir tentang kenaikan harga yang besar.
Jajak pendapat tersebut diperoleh dari jajak pendapat 1.027 orang Indonesia berusia antara 13 dan 20 Maret. SMRC mengatakan ada kesalahan 3,12 persen dengan kepercayaan 95 persen dalam hasil jajak pendapat.
Indonesia akan merasakan kemunduran lebih lanjut setelah perusahaan minyak negara Bertamina Jumat lalu menaikkan harga bahan bakar non-subsidi seperti Bertamox Turbo, Texlight dan Fertamina Tex.
Pemerintah diharapkan menaikkan harga BBM bersubsidi merek Bertlite dan harga subsidi LPG tabung 3 kilogram.
Para ekonom memperkirakan inflasi domestik akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang sebagai tanggapan terhadap pelonggaran larangan Pemerintah-19 dan penghapusan kontrol harga yang lebih tinggi dan permintaan domestik yang lebih tinggi di tengah liburan Ramadhan dan Idul Fitri dan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN). Efektif mulai Jumat.
Ada juga risiko bahwa harga komoditas dunia akan terus meningkat akibat perang Ukraina.
Dalam ‘katalisator’ pada Rabu, Djokovic menginstruksikan para menterinya untuk memantau kenaikan harga domestik.
Dia mengatakan kepada mereka untuk mengadakan lebih banyak pertemuan untuk menghindari kesalahan kebijakan, menemukan cara untuk mempercepat pemberian bantuan sosial dan membuat perubahan kebijakan lebih jelas.
Presiden menginstruksikan para menterinya untuk memberikan bantuan tunai kepada 12 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan bantuan tunai langsung kepada 23 juta rumah tangga dan usaha kecil sebelum Idul Fitri.
Bawono dari Indikator mencatat, selain sebagai jaringan jaminan sosial, kegiatan bantuan moneter juga dapat berperan sebagai alat politik untuk menjaga kepercayaan pemilih berpenghasilan rendah.
“Djokovic tidak ingin ini menjadi katalisator gejolak sosial massal, apalagi kita dihadapkan pada perdebatan tentang kemungkinan perpanjangan waktu yang bisa memicu gejolak politik,” kata Pavono.
Namun, Noori Oktarisa dari Think Tank Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Jakarta berpendapat bahwa masih harus dilihat apakah kenaikan harga komoditas dan inflasi akan berdampak signifikan terhadap pengakuan publik Djokovic.
“Kami tidak melihat adanya gerakan yang terintegrasi dan berkelanjutan dari masyarakat untuk menekan pemerintah agar mengubah kebijakan harga kebutuhan pokok,” kata Noori.
“Itu hanya menjadi perhatian kami saat itu. Tidak peduli seberapa kuat reaksinya, banyak kebijakan kontroversial telah ditempuh. “- Jakarta Post / ANN
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi