Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Panjaitan, pekan lalu mengatakan kebijakan visa berhasil menarik lebih banyak wisatawan ke Bali, yang ekonominya lesu akibat pandemi. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, sekitar 80 persen perekonomian Bali secara langsung atau tidak langsung bergantung pada pariwisata.
Pemerintah akan memperluas penggunaan visa on arrival menyasar negara-negara dengan potensi turis yang tinggi serta negara-negara G20. “Pemerintah berencana menerapkan Visa on Arrival di beberapa bandara seperti di Jakarta dan Surabaya,” katanya pada 14 Maret.
Indonesia berencana menjadi tuan rumah KTT G20 di Bali pada Oktober mendatang.
Indonesia juga telah memutuskan untuk membatalkan persyaratan tes antigen cepat negatif untuk individu yang divaksinasi lengkap yang ingin bepergian ke dalam negeri pada 7 Maret, dalam upaya untuk meningkatkan sektor penerbangan dan pariwisata negara itu.
Operator bandara Angkasa Pura I mengatakan pada 16 Maret bahwa telah terjadi peningkatan 20 persen penumpang sejak pembatalan persyaratan tes antigen cepat untuk perjalanan domestik.
Datanya menunjukkan ada 761.234 penumpang yang melakukan perjalanan melalui 15 bandara besar di Indonesia antara 8 Maret hingga 14 Maret, dibandingkan dengan 631.271 penumpang pada minggu pertama Maret.
Sementara itu, jumlah penerbangan yang beroperasi naik menjadi 7.208 antara 8 Maret dan 14 Maret, naik 9% dari minggu sebelumnya karena bandara hanya menerima 6.610 penerbangan.
“Peningkatan trafik penumpang dan penerbangan domestik mengikuti regulasi perjalanan terbaru telah memberikan sinyal positif bahwa industri penerbangan dan pariwisata perlahan-lahan melakukan revitalisasi,” kata Faik Fahmy, Presiden Direktur Angkasa Pura 1, dalam keterangannya.
Kekhawatiran tentang efeknya pada kesehatan
Pemerintah sebelumnya berargumen bahwa pelonggaran pembatasan diperkenalkan karena jumlah kasus harian menurun, setelah sebagian besar melampaui gelombang ketiga yang disebabkan oleh varian Omicron yang dapat ditularkan tetapi kurang mengancam jiwa daripada COVID-19.
Indonesia mencatat jumlah infeksi COVID-19 tertinggi dalam periode 24 jam pada 17 Februari dengan hampir 64.000 kasus. Dalam seminggu terakhir, jumlahnya turun menjadi antara 5.000 dan 10.000 kasus per hari.
Namun, Hermawan Saputra, konsultan Asosiasi Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, mengatakan penurunan jumlah kasus bukan alasan untuk membatalkan beberapa tindakan, termasuk persyaratan karantina.
“Karantina adalah bentuk utama pencegahan dan mitigasi saat wabah. Kita tidak bisa sepenuhnya menghilangkan karantina karena kita tidak hanya berurusan dengan omicron tetapi juga alpha, beta, gamma, delta dan variabel lain yang masih ada.”
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia