Mengonversi lebih banyak LNG untuk memenuhi kekurangan energi pada 2022
Pengalihan dapat mempengaruhi komitmen ekspor LNG
Fase pertama dari pajak karbon menargetkan pembangkit listrik tenaga batu bara
Pemerintah Indonesia diperkirakan akan mengalihkan lebih banyak pengiriman LNG dari perusahaan minyak negara Pertamina untuk penggunaan domestik guna memerangi kekurangan energi pada tahun 2022 dan meluncurkan pajak karbon untuk sektor energi berbahan bakar batu bara pada bulan April.
tidak terdaftar?
Terima peringatan email harian, catatan pelanggan, dan sesuaikan pengalaman Anda.
Daftar sekarang
Negara Asia Tenggara menderita kekurangan batubara dan gas alam cair, setelah memberlakukan larangan jangka pendek ekspor batubara pada awal 2022, bahkan jutaan konsumen di Jawa, Madura, Bali dan pulau-pulau lain menderita pemadaman.
Sementara Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Pertamina dan produsen LNG swasta untuk memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, negara terus melihat penurunan produksi gas di lapangan matang dan penurunan investasi di sektor eksplorasi minyak dan gas, menyebabkan masalah pasokan ke klien seperti Singapura. pada tahun 2021. .
Indonesia sekarang diharapkan untuk mencapai keseimbangan antara masalah keamanan energi sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, daya saingnya sebagai salah satu pengekspor bahan bakar fosil terbesar di Asia dan kekhawatiran yang berkembang tentang perubahan iklim.
Ibukotanya, Jakarta, adalah salah satu kota yang paling cepat tenggelam di dunia karena naiknya permukaan laut, menempatkan negara ini di persimpangan pemanasan global dan ekspor bahan bakar fosil, sementara pemerintah menjanjikan emisi nol bersih pada tahun 2060 pada COP26 tahun lalu, yang akan Jadikan 2022 sebagai tahun apresiasi bagi para pembuat kebijakan.
Ekspor LNG
SKK Migas, regulator hulu di Indonesia, telah menyerahkan 58 kargo LNG ke PT PLN (Persero) untuk pembangkit listrik tahun ini. Pengiriman akan datang dari produsen LNG terkemuka Tangguh dan Bontang.
Ini dibandingkan dengan jatah resmi 58 kargo LNG ke PLN pada 2019 untuk pembangkit listrik, 40 kargo pada 2020 dan 54 kargo pada 2021. 13 kargo tidak terpakai pada 2020 dan 11 kargo pada 2021, kata SKK.
Kekurangan listrik yang meningkat telah meningkatkan kemungkinan bahwa lebih banyak kargo akan dialihkan untuk penggunaan domestik pada tahun 2022, kata para pejabat, yang dapat mempengaruhi komitmen ekspor dan kebutuhan Pertamina dan pembeli LNG luar negeri untuk masuk ke dalam barter kargo LNG.
“Saat ini semua pihak yang terlibat sedang memastikan ketersediaan daya listrik, terutama pada triwulan I 2022,” kata Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko dalam keterangannya di awal Januari.
Menteri Energi dan Pertambangan Arefin Tasrif dalam konferensi pers pada Januari lalu menegaskan bahwa pihaknya telah mengamankan pasokan LNG yang sebelumnya ditujukan untuk ekspor namun kini dialihkan ke pasar domestik. Dia tidak memberikan rincian lainnya. Pertamina dan SK Megas menolak berkomentar.
Handoko dari SKK Migas mengatakan rencana negara untuk menggunakan lebih banyak LNG untuk pembangkit listrik “untuk memastikan pasokan yang stabil bagi pembeli dan produksi yang berkelanjutan untuk penjual” diperkirakan akan meningkat.
Sektor eksplorasi minyak dan gas Indonesia mulai memasok LNG untuk keperluan domestik pada tahun 2012 dengan hanya 14 pengapalan ke sektor-sektor termasuk energi, industri dan gas kota. Jumlah itu naik hingga 60,6 kargo LNG pada 2019, tetapi turun menjadi 44,9 kargo LNG pada 2020 karena pandemi dan melemahnya aktivitas ekonomi dan permintaan energi, menurut regulator.
Pada tahun 2021, konsumsi energi kembali pulih dengan total 56 kargo LNG untuk keperluan domestik, dimana 54 kargo LNG ditujukan untuk pembangkit listrik, dan sisanya digunakan oleh sektor industri. Sektor kelistrikan saat ini mengkonsumsi lebih dari 95% pasokan LNG untuk keperluan rumah tangga.
pajak karbon
Pada COP26, Indonesia menyusun strategi dekarbonisasi di bawah “Visi Indonesia 2045” dan “Strategi Jangka Panjang untuk Pembangunan Rendah Karbon dan Tangguh Iklim 2050” dalam Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional, atau NDC.
Ini telah menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% sendiri dan 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dikeluarkan peraturan presiden tentang nilai ekonomi karbon yang menetapkan harga karbon .
Jakarta diharapkan untuk memperkenalkan pajak karbon secara bertahap, dengan pajak pertama untuk pembangkit listrik tenaga batu bara pada April 2022, yang akan diperluas ke bahan bakar dan industri lain setelah 2025.
Pajak karbon awal akan dibatasi hingga 30.000 rupee/metrik ton setara CO2 (US$2,10) dan rencana tersebut bertujuan untuk menghasilkan peta jalan yang lebih rinci untuk penetapan harga karbon dan penetapan pertukaran karbon.
Cara yang tepat untuk menerapkan pajak karbon di sektor batu bara, gas, dan sumber daya lainnya belum ditentukan, dan dampaknya terhadap rantai pasokan domestik dan global masih belum pasti.
Pertamina diundang untuk menjadi pilar dekarbonisasi negara dan National Oil Corporation menyusun rencana jangka panjang untuk 2020-2024 untuk mengurangi emisi. Meskipun ada banyak ruang untuk membangun pasar karbon dengan penggerak awal seperti Australia dan Singapura, peta jalan masa depan tetap tidak pasti.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia