11 Mei 2023
Jakarta – Kepulauan Riau telah menolak laporan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH) tentang wabah demam babi Afrika (ASF) di peternakan babi di provinsi tersebut.
Rika Azmi, Kepala Badan Keamanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan provinsi, mengatakan WOAH tidak dapat mendeteksi wabah penyakit hewan di Indonesia.
Dia mengatakan, Dinas Peternakan Indonesia telah memberi tahu WOAH tentang kejadian ASF di Pulau Pulan sebagai bagian dari upaya transparansi.
“Indonesia akan menyerahkan laporan akhir tentang situasi di Pulau Bulan kepada WOAH agar ASF dapat menerapkan tindakan pencegahan,” kata Rikka kepada The Jakarta Post pada hari Rabu, tanpa menyebutkan kapan dokumen tersebut akan dikirimkan.
WOAH melaporkan pada hari Selasa bahwa pemerintah Indonesia melaporkan wabah ASF di sebuah peternakan di Pulau Pulan.
Wabah itu membunuh 35.297 babi dalam kawanan 285.034 di peternakan dan terdeteksi pada 1 April dan dikonfirmasi pada 28 April, Reuters melaporkan, mengutip WOAH.
Sumber wabah tidak diketahui, tetapi pejabat peternakan mengatakan kepada WOAH bahwa manusia, kendaraan, pakan, lalat, dan babi hutan mungkin berperan dalam memperkenalkan ASF ke peternakan.
Kementerian Pertanian telah mencabut sertifikat bebas ASF untuk PT Indo Tirta Suaka (ITS), yang mengoperasikan kebun tersebut.
“Perusahaan harus mengajukan kembali [its application for the certificate] Saya minta pemerintah mengambilnya kembali dan melakukan penanggulangan sesuai prosedur,” kata Rika.
Berdasarkan wabah sebelumnya di wilayah lain, Rikka mengatakan mungkin perlu waktu bagi perusahaan untuk melanjutkan ekspor daging babi ke Singapura, pasar utama produk tersebut.
“Saya rasa paling tidak butuh waktu satu tahun tergantung langkah-langkah yang diambil perusahaan sesuai instruksi dari Komisi Peternakan,” kata Rika.
Singapura berhenti mengimpor babi hidup dari Pulau Pulan pada April setelah virus terdeteksi pada sejumlah ternak dari pulau itu. Hewan yang terkena dampak dikeluarkan dari rumah jagal, kata Singapore Food Agency (SFA).
Akhir bulan lalu, Pusat Layanan Veteriner Kementerian Pertanian Indonesia menguji babi di peternakan sebagai tanggapan atas deteksi penyakit di Singapura.
Ketua Komisi Peternakan Kepulauan Riau Honismandri mengatakan 21 dari 23 sampel yang diperiksa positif ASF.
Peternakan ITS menempati lahan seluas 1.500 hektar di Batam dan mengelola sekitar 240.000 ekor babi. Perusahaan biasanya menjual babi ke Singapura dengan harga US$1,5 per kg.
Menurut SFA, babi hidup dari Pulau Pulan menyumbang sekitar 15 persen dari total pasokan daging babi Singapura. (dre/gev)
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi