POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Kekhawatiran akan masa depan orangutan meningkat di tengah perubahan berita dunia di ibu kota Indonesia

Langkah pemerintah Indonesia untuk memindahkan ibu kota negara ke hutan yang lebat namun semakin berkurang di provinsi Kalimantan timur telah menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan orangutan.

Habitat orangutan sumatera telah menyusut jauh selama beberapa dekade terakhir dari penebangan, perkebunan kelapa sawit dan pertambangan.

Indonesia telah menetapkan beberapa daerah di Kalimantan sebagai tempat yang aman bagi orangutan Kalimantan yang terancam punah dalam daftar World Wildlife Fund.

Baca juga | Di peternakan orangutan, anak-anak bisa makan malam sendiri

Anton Nurcahyo, wakil CEO dari Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS) nirlaba Indonesia, mengatakan: )

“Ini pasti akan menciptakan perubahan besar di habitat sekitarnya.”

Namun, Gubernur Kaltim Isran Noor mengatakan, “Tentu akan ada pengorbanan, tetapi pada akhirnya, kami bertujuan untuk mencapai kebangkitan hutan. Jika selesai, setidaknya akan membanggakan ruang terbuka hijau setidaknya 70 persen.”

Hasil survei dan studi kelayakan habitat menganggap hutan Tanakuba sebagai kawasan yang ideal untuk pemukiman kembali orangutan karena sangat jauh dari tempat tinggal manusia dan kepadatan tanaman pangan yang melimpah serta habitat orangutan yang rendah.

Baca juga | Dua orangutan Indonesia yang diculik terbang pulang dari Thailand

“Tidak ada populasi orangutan liar di kabupaten tetangga Sebaku dan Samboja (dicadangkan untuk Nusantara),” kata Nurkayo.

“Tapi Pusat Rehabilitasi Orangutan terletak di sini di 1.850 hektar hutan yang perlu dilestarikan dalam keadaan saat ini.”

Pembela berharap habitat yang unik akan membantu menjaga orangutan Indonesia bertahan. Menurut Dana Margasatwa Dunia, diperkirakan ada 104.700 orangutan Kalimantan, kurang dari setengah dari 230.000 orang utan seabad yang lalu.

“Dengan ekosistem yang unik di Kalimantan Timur, penting untuk memiliki rencana mitigasi yang disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan yang spesifik ini,” Nurkahio menekankan.

READ  Komisi Iman dan Ketertiban WCC akan bersidang di Indonesia

“Rencana itu masih dikembangkan. Langkah pertama adalah mengevaluasi dan memetakan dampak dari langkah tersebut.”

(Dengan masukan dari instansi)