13 September 2023
Jakarta – Jepang tidak tertarik bergabung dalam proyek perpanjangan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung (HSR) ke Surabaya di Jawa Timur.
Berbicara kepada The Jakarta Post pada hari Kamis, Sekretaris Kabinet Jepang untuk Urusan Publik Noriyuki Shidaka mengatakan pencampuran teknologi dari berbagai negara akan mempersulit proyek ini.
“Jika Anda menggabungkan dua teknologi, saya tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak. Misalnya, kami tidak bisa mengambil tanggung jawab atas proyek kereta api kecepatan tinggi Tiongkok, apalagi jika ada masalah. Jika kita bekerja sama, ada kemungkinan seperti itu,” kata Shitaka.
Shitaka mengaitkan hal ini dengan fakta bahwa Jepang tidak memiliki pengetahuan tentang sistem kereta api atau sistem perkeretaapian, dan oleh karena itu berhati-hati agar tidak merusak “merek Jepang” dengan ikut terlibat.
Fase penting dari proyek senilai US$7,3 miliar yang menghubungkan Jakarta dengan ibu kota Jawa Barat, Bandung, yang dimulai pada Januari 2016, hampir selesai.
Rencana awalnya adalah menghubungkan kedua kota tersebut sebelum Presiden Joko “Jokowi” Widodo memerintahkan perluasan ke Surabaya pada tahun 2020, sehingga menciptakan proyek infrastruktur yang akan memiliki anggaran berulang jangka panjang yang “sangat ekonomis”.
Rencana Jokowi adalah melibatkan Jepang dengan harapan dapat mempercepat rencana ambisius tersebut. HSR Jakarta-Bandung merupakan perusahaan patungan yang melibatkan perusahaan Tiongkok dan Indonesia, namun tidak dengan Jepang.
Meski China dan Jepang punya banyak pengalaman dalam membangun jalur kereta api berkecepatan tinggi, namun ini merupakan proyek pertama bagi Indonesia.
Awal pengoperasian proyek ini telah diundur beberapa kali. Dijadwalkan pada 1 Oktober, mundur dari rencana awal KA beroperasi pada 2019.
Proyek kereta api ini akan melayani empat stasiun utama: Halim di Jakarta, Karawang di Jawa Barat, serta Walini dan Tekalur di Kabupaten Bandung. Kereta tersebut melaju dengan kecepatan hingga 350 kilometer per jam, memangkas waktu tempuh antara Jakarta dan Bandung dari hampir tiga jam menjadi 45 menit.
Perpanjangan jalur tersebut awalnya masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang akan diprioritaskan hingga tahun 2024, tahun ketika Jokowi lengser sebagai presiden.
Namun, setelah meninjau kelayakan proyek dan keterbatasan waktu serta mempertimbangkan kondisi saat ini, Jakarta menghapusnya dari daftar PSN pada bulan Juli, sehingga menimbulkan ketidakpastian lebih lanjut mengenai kapan lampu hijau akan diberikan.
Pemerintah membahas rencana perpanjangan tersebut dengan Beijing setelah Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang melakukan perjalanan bersama Menteri Kelautan dan Investasi Indonesia Luhut Panjiidan dengan kereta untuk uji coba minggu lalu.
“[Li] Sangat memuaskan. Katanya setara dengan standar di China,” kata Luhut seperti dikutip Reuters.
Menjelaskan keengganan Tokyo, Shitaka mengatakan Jepang ingin mendukung proyek tersebut karena “Indonesia adalah teman yang sangat penting bagi Jepang” namun kerja sama tersebut harus melibatkan perusahaan swasta untuk memastikan kelangsungan komersialnya.
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi