Jakarta (Antara) – Indonesia bertekad membentuk ASEAN Village Network sebagai wadah kerja sama desa-desa negara anggota untuk berkontribusi dan merasakan manfaat langsung dari pembangunan kawasan.
“Jaringan Desa ASEAN difokuskan pada kerja sama dalam pengembangan pariwisata, pengembangan produk primer, dan digitalisasi desa,” kata Mohamed Fashri, seorang pejabat di Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Jejaring desa itu rencananya akan dibentuk secara resmi oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada 9-11 Mei, katanya dalam sebuah pernyataan, Minggu.
ASEAN Village Network diharapkan dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi desa-desa di negara anggota untuk mendapatkan manfaat dari kerja sama ASEAN dengan mitra lain, termasuk sektor swasta.
Pertemuan Jejaring Desa ASEAN pertama di Indonesia diperkirakan akan berlangsung pada pertengahan 2023, dikoordinir oleh Kementerian PDTT.
Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tuku Vaizasiah mengatakan, kerja sama antar desa di ASEAN harus didorong.
“Kerjasama ini dapat dimanfaatkan agar setiap desa dapat bertukar pengalaman terbaik untuk mengembangkan perekonomiannya,” ujarnya.
“Interaksi ini juga diharapkan turut memperkuat identitas sesama anggota ASEAN,” tambahnya.
Di Asia Tenggara, 64 persen penduduk tinggal di pedesaan, dengan tingkat kemiskinan 62 persen lebih tinggi dibandingkan penduduk yang tinggal di kota.
Angka tersebut menunjukkan bahwa upaya penurunan angka kemiskinan dan percepatan pembangunan di daerah harus mengutamakan pembangunan di desa.
Desa kurang berdaya, tetapi memiliki potensi tinggi untuk mendukung pemulihan dan membangun Epicentrum untuk pertumbuhan di wilayah tersebut.
Berita terkait: Menkeu cek kesiapan transportasi ke KTT ASEAN
Berita Terkait: PLN Pastikan Ketergantungan Energi Selama KTT ASEAN
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian