JAKARTA (Reuters) – Kantor statistik Indonesia memperingatkan pada hari Senin bahwa pendapatan ekspor yang mengejutkan di Indonesia berkat harga komoditas yang lebih tinggi dapat mulai menurun, meskipun negara itu mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan pada bulan Juli.
Negara yang kaya sumber daya itu mencatat surplus $4,2 miliar bulan lalu karena menikmati dampak dari harga komoditas yang lebih tinggi secara global, meskipun ada harga yang lebih rendah untuk beberapa produk utamanya seperti minyak kelapa sawit, nikel dan gas alam.
Surplus perdagangan untuk Juli lebih besar dari perkiraan $3,93 miliar dalam jajak pendapat Reuters. Surplus Juni adalah $5,09 miliar.
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara, berkat lonjakan ekspor sejak tahun lalu, telah membukukan surplus perdagangan setiap bulan sejak Mei 2020. Hal ini membantu mendorong pemulihannya dari dampak pandemi dan mengurangi tekanan pada mata uang rupee di tengah dolar AS yang kuat.
Namun, Badan Pusat Statistik kini telah memperingatkan bahwa peningkatan ekspor negara tersebut sebagian besar merupakan cerminan dari harga yang lebih tinggi, sementara volume ekspor tetap relatif stagnan.
Pertumbuhan ekspor yang mengesankan pada periode Januari-Juli 2022 didorong oleh harga komoditas yang lebih tinggi, kata Setianto, wakil kepala kantor.
Ia menambahkan, “rejeki nomplok ini bisa berakhir jika harga komoditas kembali normal. Karena volume ekspor komoditas pokok kita cenderung stagnan, ini bisa menjadi sesuatu yang harus kita waspadai dari sisi ekspor kita dalam beberapa bulan mendatang. “
Ekspor Juli naik 32,03 persen tahun-ke-tahun menjadi $25,57 miliar, dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan 29,73 persen dalam survei.
Secara bulanan, pengiriman baja, timah dan nikel turun.
Sementara itu, impor naik 39,86 persen menjadi $ 21,35 miliar, dibandingkan dengan peningkatan 37,3 persen yang diharapkan dalam survei.
BPS juga mengingatkan dampak peningkatan ketegangan perdagangan di Selat Taiwan, karena China adalah mitra dagang terbesar Indonesia.
Wisnu Wardana, Ekonom Bank Danamon, memperkirakan surplus perdagangan akan terus menyusut hingga sisa tahun 2022, yang berarti berkurangnya dukungan terhadap cadangan devisa.
“Lini pertama pertahanan yang lemah akan meningkatkan tekanan pada Bank Indonesia untuk menyesuaikan suku bunganya ketika tekanan eksternal meningkat,” katanya, seraya menambahkan bahwa bank sentral kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 22 Agustus. 23. .
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian