Pemerintah Indonesia telah meluncurkan fasilitas pengumpulan risiko bencana baru yang pada awalnya akan memiliki lebih dari $500 juta kapasitas yang tersedia untuk membantu membayar biaya ekonomi dari bencana alam dan peristiwa cuaca ekstrem, tetapi dengan tujuan di masa depan mengalihkan sebagian atau seluruh risiko asuransi swasta atau sumber pasar modal.
Langkah Indonesia untuk menciptakan kumpulan risiko bencana terjadi setelah beberapa tahun bekerja sama dengan Bank Dunia dan organisasi lain untuk lebih memahami paparannya terhadap risiko bencana dan biayanya.
Diperkirakan Indonesia menderita kerugian ekonomi rata-rata antara US$1,3 miliar hingga US$1,5 miliar dari bencana alam setiap tahun.
Sedangkan cadangan yang dianggarkan untuk penanggulangan bencana, tanggap darurat dan pemulihan kurang dari setengahnya, sehingga fokus pada penguatan kapasitas di Indonesia selama beberapa tahun terakhir.
Awal tahun ini, kami menjelaskan bahwa Bank Dunia telah menyetujui pendanaan sebesar $500 juta untuk Indonesia, untuk membantu negara memperkuat respons keuangannya terhadap bencana alam, risiko iklim, dan guncangan terkait kesehatan, dengan menggunakan pengumpulan risiko, asuransi, atau reasuransi. Alat adalah inti dari rencana.
Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia mendapatkan hampir $770 juta dalam cakupan asuransi bencana alam untuk bangunan dan aset negara.
Langkah pengumpulan risiko ini tampaknya dirancang untuk membantu pemerintah memanfaatkan peningkatan efisiensi dalam pengadaan asuransi bencana atau kapasitas reasuransi, dengan pasar modal juga dilihat sebagai kendaraan potensial di masa depan untuk transfer risiko.
Tentu saja, pemerintah Indonesia telah berdiskusi tentang penggunaan obligasi bencana sebagai alat pembiayaan risiko bencana sebelumnya.
Bank Dunia juga telah berdiskusi tentang penggunaan catastrophe bond dengan Indonesia.
Kemarin pemerintah meluncurkan Common Disaster Management Fund atau Dana Pengumpulan Bencana.
Dana Pengumpulan Bencana Ini merupakan milestone dalam manajemen risiko bencana Indonesia karena meningkatkan kapasitas pembiayaan risiko bencana, khususnya mitigasi bencana dan transfer risiko, Vibrio Kakaribo, Kepala Badan Kebijakan Keuangan Kementerian Keuangan, menjelaskan di Jakarta kemarin.
Dana 7,3 triliun rupiah (lebih dari $500 juta) dirancang Menjembatani kesenjangan pembiayaan bencana dan mempercepat operasi penanggulangan dan tanggap bencana, memperkuat kapasitas pemerintah untuk mendanai bencana.
Struktur pengumpulan risiko dirancang untuk memungkinkan Pemerintah Indonesia memperoleh manfaat dari skala ekonomi dan efisiensi diversifikasi, jika memilih untuk mengakses sumber modal asuransi dan reasuransi swasta untuk mentransfer beberapa risiko bencana.
Dana dukungan akan dikumpulkan dan dikumpulkan dari seluruh pusat Pemerintah, pemerintah daerah, sektor swasta, masyarakat lokal dan mitra pembangunan,
Pemerintah menjelaskan bahwa uang ini kemudian dapat digunakan untuk membeli transfer risiko dari reasuransi swasta atau pasar modal, untuk mengamankan sumber modal darurat jika terjadi bencana besar.
Departemen pemerintah tidak dapat membeli transfer risiko sendiri, sementara pengumpulan dana dan risiko membuat akses ke transfer risiko lebih efisien di Indonesia.
Dana risk pooling diharapkan menjadi pembeli utama bencana Perlindungan asuransi untuk semua gedung pemerintah dan kementerian atau lembaga, sementara juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengamankan pengalihan risiko atau asuransi pada aset daerah juga.
Membuat pengalihan risiko ke pasar modal kemungkinan tertentu, karena ini akan memungkinkan pemerintah Indonesia untuk mengambil keuntungan dari selera pasar modal untuk risiko bencana alam, sekaligus melindungi penduduknya dengan lebih baik.
Dana pengumpulan risiko baru ini tampaknya merupakan langkah positif untuk meningkatkan transfer risiko pasar swasta ke Indonesia.
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian