POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Indonesia akan melihat peningkatan kasus COVID-19 pada pertengahan Juni

Kekhawatiran tentang peningkatan kasus positif COVID-19 di Indonesia setelah Idul Fitri dapat dipenuhi, karena pemerintah memperkirakan peningkatan kasus 50 persen pada pertengahan Juni.

Menurut Erlanga Hardardo, ketua Komite Nasional untuk Penanganan COVID-19 dan Menteri Pemulihan dan Koordinasi Ekonomi, saat ini terdapat tren peningkatan kasus aktif COVID-19, yang harus diperhatikan setelah libur Idul Fitri.

Kasus yang dikonfirmasi setiap hari sedang meningkat di negara itu dalam beberapa hari terakhir. Pada Sabtu, jumlah kasus COVID-19 di negara itu naik 6.565 menjadi 1.809.926, meningkat 162 menjadi 50.262, kata kementerian kesehatan pada Sabtu.

“Tingkat kasus aktif nasional adalah 5,4 persen, yang lebih rendah dari angka global yang 8,8 persen. Namun, kita dapat mengharapkan peningkatan jumlah kasus dari minggu lalu,” kata menteri senior.

Satu pelajaran dari liburan panjang sebelumnya adalah bahwa kasus meningkat dari empat menjadi lima minggu sebelum liburan, mengutip Air Lanka, kantor berita Andara mengutip Kamis.

Per 26 Mei, Airlanga menunjukkan 55,6 persen aktivitas berada di Pulau Jawa dan 22,9 persen di Pulau Sumatera.

Faktanya, Airlanga memutuskan untuk memperpanjang pembatasan tingkat mikro pada aktivitas masyarakat dari 1 hingga 14 Juni, dan memperluas wilayah implementasi kebijakan ke empat provinsi di Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

Oleh karena itu, pada 1 Juni 2021, sebanyak 34 provinsi ditetapkan untuk melaksanakan kebijakan tersebut, katanya seraya menambahkan bahwa kebijakan tersebut akan dilaksanakan atas instruksi Mendagri.

Erlanga menjelaskan, setelah melakukan pemantauan selama dua minggu setelah libur Lebaran, pemerintah akan terus memantau perkembangan kasus selama dua atau tiga minggu ke depan dan memperketat persyaratan perjalanan setelah libur.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Pudi Karia Sumadi mengatakan 3,9 juta penumpang melakukan perjalanan darat, laut, dan udara antara 22 April hingga 14 Mei (sebelum dan sesudah libur Idul Fitri).

Selama periode 15-24 Mei (setelah libur Lebaran), sekitar 2,5 juta penumpang menggunakan angkutan umum. Kondisi ini menunjukkan potensi munculnya mobilitas masyarakat.

Sementara itu, Menteri Pembangunan Manusia dan Integrasi Kebudayaan Muhatjir Efendi mengatakan pemerintah mengharapkan peningkatan kasus wabah Pemerintah-19 pada bulan Juni, menyusul peningkatan pergerakan penduduk setelah Idul Fitri.

Effendi mengimbau pemerintah daerah mencermati implementasi kebijakan pengendalian penyebaran virus yang bisa menjadi sumber penyebaran COVID-19.

Dia mengatakan pemerintah tidak hanya mengharapkan peningkatan kasus COVID-19 pada bulan Juni, tetapi juga menyadari penyebaran strain baru virus yang ditemukan di Inggris, Afrika Selatan, dan India.

Sementara itu, Tang M Fakih, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, meminta sekitar 200.000 dokter di Tanah Air untuk bersiap-siap pada akhir Juli, dengan jumlah kasus Govt-19 diperkirakan tinggi setelah libur Lebaran.

“Kami menghimbau semua dokter di Indonesia untuk bersiap pada akhir Juli 2021 dan jika mereka perlu bersiap. Kami berdoa agar pemberontakan ini tidak besar pada Januari 2021,” kata Faqih kepada anggota parlemen di Jakarta, Kamis.

Namun, Fakih tidak hanya mempercayai sejumlah dokter spesialis seperti ahli paru dan ahli anestesi, karena jika terjadi wabah tidak akan mampu menangani kasus COVID-19.

Asosiasi telah mengeluarkan kebijakan bahwa semua dokter di Indonesia dapat menangani kasus COVID-19, dan mereka akan memiliki pelatihan khusus dalam menangani penyakit tersebut, katanya.