POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Hal Hill: Indonesia tidak perlu takut dengan globalisasi

TEMPO.CO, JakartaProfesor Hal Hill menilai perekonomian Indonesia sudah cukup mengalami kemajuan. Namun, masih belum cukup kompetitif dibandingkan Vietnam dan Thailand.

Hal Hill, penulis The Indonesian Economy (2000), menilai perekonomian negara di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo mengalami kemajuan yang baik dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 5,2 persen. Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara berkembang yang diperkirakan Dana Moneter Internasional (IMF) akan mengalami krisis utang. Meskipun ada kemajuan di tingkat makro, Hal Hill melihat adanya permasalahan di tingkat mikro.

Guru besar ekonomi dari Australian National University ini menilai Indonesia tidak memanfaatkan peluang globalisasi. Akibatnya, perekonomian, sektor usaha, dan iklim investasi Indonesia tidak kompetitif di Asia Tenggara. Dari sisi investasi, Indonesia kalah dari Thailand dan Vietnam. Kedua negara ini merupakan salah satu target investasi utama di Asia.

Oleh karena itu, Hull Hill memperkirakan Indonesia akan kehilangan potensi ekonomi yang sangat besar dalam perekonomian global meski secara keseluruhan perekonomiannya sudah maju. “Masalah perekonomian di Indonesia terletak pada tingkat mikro sosial, lingkungan hidup, dan kelembagaan,” ujarnya. laju Dalam wawancara online pada 15 Desember 2023.

Dalam perbincangan yang berlangsung lebih dari satu jam, ekonom berusia 76 tahun itu menjelaskan panjang lebar permasalahan perekonomian yang dihadapi Indonesia sejak reformasi pemerintahan di bawah Presiden Jokowi pada tahun 1998. Ia menyoroti subsidi bahan bakar, terbatasnya ruang fiskal, transisi energi, dan pendidikan.

Bagaimana Anda memandang perekonomian Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi?

Perekonomian Indonesia sudah cukup berkembang. Pada tahun 1980an, Bank Dunia menggambarkan Indonesia sebagai keajaiban ekonomi. Kami berdiskusi di Canberra dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Desember 2023. Benar saja, saat ini ada sekitar 60 negara berkembang di dunia yang mengalami krisis utang. Dana Moneter Internasional memperkirakan jumlah negara akan mencapai 62 atau 63 negara. Indonesia tidak ada dalam daftar tersebut. Meskipun Indonesia menghadapi sejumlah permasalahan, namun hal tersebut bukanlah krisis utang ekonomi.

READ  Berita utama hari ini: Deputi Koordinator Bantuan Darurat melakukan perjalanan ke Indonesia, Haiti, Suriah, dan Topan Tropis Freddie

Melihat model pembangunan ekonomi, apa yang membedakan Jokowi dengan presiden pendahulunya?

Tidak banyak perbedaan. Saya melihat dua gambar. Salah satunya di bidang makroekonomi. Dalam hal ini, Indonesia telah mencapai kemajuan besar. Misalnya, Anda memiliki bank sentral yang profesional dan independen. Utang pemerintah saat ini mencapai sekitar 40 persen PDB. Angka ini tergolong rendah dibandingkan negara lain yang bisa melebihi 100 persen. Permasalahan terjadi pada tingkat mikroekonomi, sosial, lingkungan hidup dan kelembagaan. Cara pandang Jokowi tak jauh berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyono atau Megawati Soekarnoputri. Pemerintahan sebelum Megawati tidak bisa dibandingkan karena sedang krisis uang tunai.

Jika dibandingkan dengan model pengembangan permintaan yang baru?

Ada perbedaan besar. Laju pertumbuhan ekonomi pada rezim baru rata-rata mencapai 7,1 persen. Pada masa demokrasi menurun menjadi 5,2 persen. Ironisnya atau paradoksnya, pada era di mana kebebasan politik sangat dibatasi, perekonomian tumbuh pesat, sementara tingkat kemiskinan turun jauh lebih cepat dibandingkan pada era demokrasi.