Jakarta (Antara) – Indonesia akan terus menjajaki potensi kerja sama ekonomi dengan Amerika Latin dan Karibia melalui Indonesia-Amerika Latin dan Karibia Business Forum (INA-LAC Business Forum), kata pejabat Kementerian Luar Negeri.
Forum yang akan diselenggarakan untuk ketiga kalinya pada Oktober 2021 ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi di tengah situasi global yang dinamis, termasuk tantangan pandemi COVID-19, Dirjen Amerika dan Eropa di Departemen Luar Negeri. Menpora, I Gede Ngurah Swajaya, mengatakan dalam konferensi pers virtual, Senin.
“Sebagai negara dengan ekonomi tertinggi di Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan dari ekonomi di Amerika Latin dan Karibia,” tambah Swajaya.
Potensi kawasan Amerika Latin dengan PDB 4,8 triliun dolar AS (sekitar 68,397 triliun rupiah), dan Indonesia yang mencatat PDB lebih dari satu triliun dolar AS (sekitar 14,251 triliun rupiah), menurutnya harus dimanfaatkan secara optimal. melalui Berbagai inisiatif diplomasi ekonomi proaktif.
“Ada tantangan geografis, tetapi dari nilai perdagangan yang tercatat selama ini, bahkan di tengah COVID-19, kami melihat peningkatan ekspor Indonesia,” tambahnya.
Berita terkait: Diplomasi ekonomi Indonesia menargetkan Amerika Latin dan Eropa Timur
Pada 2020, total perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia naik menjadi 8,25 miliar dolar AS (sekitar 117,6 triliun rupiah) dari 7,75 miliar dolar AS (sekitar 110,4 triliun rupiah) pada 2019, Swajaya melaporkan.
Dia mengatakan, pada semester pertama tahun 2021, perdagangan antara Indonesia dan kawasan mencapai $4,91 miliar (sekitar 70 triliun rupiah), meningkat 13,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ia mengungkapkan, tiga negara yang mencatat nilai perdagangan tertinggi dengan Indonesia adalah Brasil, Argentina, dan Meksiko.
Swajaya mengatakan nilai ekspor Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia pada 2020 sebesar 3,16 miliar dolar AS (sekitar 45 triliun rupiah), sedangkan impor terikat 5,1 miliar dolar AS (sekitar 72,7 triliun rupiah).
Ekspor utama Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia adalah minyak nabati, kendaraan, elektronik, karet dan alas kaki. Sedangkan impor utamanya adalah pakan ternak, biji-bijian, gula, kapas dan coklat.
Swajaya mengatakan, di tengah pandemi yang terus membatasi pergerakan lintas negara, INA-LAC 2021 akan digelar bersama melalui pertemuan tatap muka virtual.
Ia menambahkan, dengan itu, jumlah peserta justru akan meningkat dibandingkan dengan aplikasi tatap muka.
Berita terkait: Indonesia menekankan pentingnya menghubungkan Asia Timur dan Amerika Latin
Pada tahun 2019, INA-LAC memiliki 120 peserta dari 18 negara Amerika Latin dan Karibia dan 150 peserta dari Indonesia, dengan total kesepakatan bisnis sebesar US$33,12 juta (sekitar INR 463,68 miliar).
Pada tahun 2020, sebanyak 533 peserta yang terdiri dari 490 peserta virtual dan 63 peserta fisik mengikuti forum bisnis. INA-LAC 2020 mencatat total transaksi bisnis sebesar 85,38 juta dolar AS (sekitar 1,2 triliun rupee).
Tahun ini, sekitar 350 perusahaan Indonesia dan 150 perusahaan dari Amerika Latin dan Karibia telah mendaftar untuk INA-LAC 2021, kata Swajaya.
Di forum, peserta akan dapat berinteraksi satu sama lain melalui ina-access.com Platform digital, yang akan dibuat khusus untuk pameran perdagangan, investasi, dan pariwisata virtual.
“INA-LAC merupakan salah satu key event kami. Kami berharap melalui kegiatan ini dapat menunjukkan bahwa diplomasi ekonomi pemerintah Indonesia tetap dilakukan secara proaktif.”
Berita terkait: Indonesia, Amerika Latin jajaki kerja sama perdagangan
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian