ASEAN menyadari perlunya pendekatan ekonomi baru untuk mencapai ketahanan ekonomi jangka panjang di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan penipisan sumber daya. Pendekatan ini berfokus tidak hanya pada proses ekonomi tradisional berupa ekstraksi, produksi, konsumsi dan pembuangan, namun juga pada penggunaan sumber daya yang paling efisien. Oleh karena itu, model ekonomi sirkular menjadi sangat penting karena bertujuan untuk memulihkan, memperbarui, dan menggunakan material dan energi secara efektif.
Ekonomi sirkular adalah sistem ekonomi yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan nilai produk, material, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sekaligus meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linier (ambil, buat, buang). (MacArthur, 2015). Untuk mendukung penerapan ekonomi sirkular, ASEAN perlu menciptakan ekosistem yang kondusif bagi produk dan layanan sirkular. Hal ini termasuk memprioritaskan (1) harmonisasi standar dan perjanjian saling pengakuan untuk produk dan layanan sirkular, (2) keterbukaan perdagangan dan fasilitasi perdagangan sirkular, (3) penggunaan teknologi dalam rantai pasok yang ramah lingkungan (inovasi, digitalisasi, teknologi ramah lingkungan), (4 ) akses terhadap pembiayaan proyek yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, dan (5) penggunaan energi dan sumber daya lainnya secara efisien (ASEAN, 2021).
ASEAN telah berkomitmen terhadap transisi menuju ekonomi sirkular, didukung oleh berbagai inisiatif di tingkat nasional di beberapa negara anggota ASEAN. Indonesia telah menetapkan target untuk mengurangi sampah laut sebesar 70% pada tahun 2025 dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 (Switch Asia, n.d.). Indonesia juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung penerapan ekonomi sirkular, antara lain Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga (KEMENHUB, 2019).
Selain Indonesia, beberapa negara ASEAN telah berhasil menerapkan ekonomi sirkular di dalam negeri. Singapura telah menetapkan tujuan besar dari rencana menjadi negara tanpa limbah pada tahun 2030. Singapura telah menerapkan ekonomi sirkular melalui berbagai inisiatif, termasuk mengembangkan program daur ulang yang komprehensif untuk limbah konstruksi, limbah makanan, limbah kemasan, dan limbah elektronik (Teo , 2020).
Malaysia telah menetapkan target untuk mengurangi sampah yang dikirim ke TPA sebesar 30% pada tahun 2025. Malaysia menerapkan ekonomi sirkular dengan berbagai inisiatif, termasuk menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar sejak tahun 2017, yang berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. . Malaysia juga memiliki program daur ulang yang komprehensif, dengan tingkat daur ulang mencapai 28,1% pada tahun 2019 dan diperkirakan akan mencapai 40% pada tahun 2025 (MIDA, 2021).
Thailand telah menetapkan tujuan untuk mengurangi sampah yang dikirim ke TPA sebesar 50% pada tahun 2030. Pemerintah Thailand telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan upaya untuk mendukung penerapan ekonomi sirkular. Thailand memiliki program donasi makanan yang komprehensif, yang membantu mengurangi limbah makanan. Thailand juga mendorong pengurangan sampah makanan melalui berbagai inisiatif, seperti kampanye kesadaran masyarakat dan program pendidikan. Selain itu, Thailand sedang mengembangkan teknologi untuk mendaur ulang limbah pertanian, seperti limbah tumbuhan dan hewan. Thailand telah mengurangi sampah makanan sebesar 30% sejak 2018.
Vietnam telah menetapkan tujuan untuk mengurangi sampah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah sebesar 50% pada tahun 2030. Vietnam telah berhasil menerapkan ekonomi sirkular melalui berbagai inisiatif, termasuk kampanye kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang ekonomi sirkular. Negara ini mempunyai program daur ulang plastik yang komprehensif, yang membantu mengurangi jumlah sampah plastik di laut. Vietnam juga mengembangkan teknologi untuk mendaur ulang limbah pertanian, seperti limbah tumbuhan dan hewan. Vietnam telah berhasil mengurangi jumlah sampah plastik di lautan sebesar 20% sejak tahun 2019.
Negara-negara ASEAN ini berhasil mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah, sampah plastik, dan sampah makanan. Ekonomi sirkular dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, sehingga mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam daur ulang, perbaikan, dan desain berkelanjutan. Ekonomi sirkular juga dapat membantu melindungi lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, polusi, dan limbah. Selain itu, dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan menerapkan strategi yang tepat, negara-negara ASEAN dapat mencapai ekonomi sirkular yang efektif dan berkelanjutan.
Strategi yang dapat dipelajari dan diadopsi oleh Indonesia untuk menerapkan ekonomi sirkular secara lebih efisien antara lain perlunya pemerintah membuat kerangka kebijakan yang mendukung penerapan ekonomi sirkular. Kerangka kerja ini dapat mencakup peraturan, insentif, pembiayaan dan pemeliharaan berkelanjutan untuk menjamin keberhasilan kebijakan-kebijakan tersebut. Badan ekonomi pemerintah dan swasta harus berinvestasi dalam teknologi dan inovasi untuk menerapkan ekonomi sirkular, sehingga mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya dalam siklus perekonomian Indonesia. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap ekonomi sirkular. Individu dapat berperan dalam penerapan ekonomi sirkular dengan mengurangi konsumsi, menggunakan produk berkelanjutan, dan memilah sampah.
Indonesia menghadapi peluang dan tantangan besar dalam mencapai tujuan transisi menuju ekonomi sirkular. Di sisi peluang, pemerintah Indonesia berkomitmen menerapkan ekonomi sirkular yang didukung dengan berbagai regulasi, antara lain Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Indonesia mempunyai potensi untuk menciptakan ekonomi sirkular yang dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, termasuk peningkatan efisiensi sumber daya, penciptaan lapangan kerja baru, dan peningkatan daya saing. Indonesia memiliki masyarakat yang dinamis dan inovatif. Masyarakat Indonesia mempunyai potensi untuk berperan dalam penerapan ekonomi sirkular, baik dari pihak konsumen, dunia usaha, maupun pemerintah. Ekonomi sirkular juga berpotensi membantu melindungi lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup warga.
Namun, Indonesia menghadapi tantangan karena masih memiliki keterbatasan infrastruktur untuk mendukung penerapan ekonomi sirkular. Indonesia perlu meningkatkan kapasitas infrastruktur daur ulang, sistem pengumpulan sampah yang efisien, serta pusat daur ulang dan pengolahan sampah. Indonesia masih perlu mengembangkan riset dan teknologi untuk mendukung penerapan ekonomi sirkular, seperti teknologi daur ulang plastik dan sampah pertanian. Selain itu, Indonesia perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap ekonomi sirkular. Indonesia perlu melakukan kampanye dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap ekonomi sirkular. Untuk mengatasi tantangan tersebut dan mencapai tujuan transisi menuju ekonomi sirkular, Indonesia perlu menerapkan strategi tepat yang dapat diambil dari langkah negara-negara ASEAN yang terbukti berhasil menerapkan konsep ekonomi sirkular di tingkat nasional. tingkat.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia