Ekonomi Metaverse diperkirakan akan menghasilkan $5 triliun pada tahun 2030, menurut prediksi McKinsey. Ekonomi metaverse mengacu pada sistem ekonomi yang muncul yang muncul dari interaksi antara pengguna, pembuat konten, dan bisnis dalam metaverse, yang merupakan realitas maya yang imersif dan terus-menerus di mana individu dan entitas dapat berinteraksi satu sama lain dengan berbagai cara, mirip dengan dunia nyata. Ekonomi Metaverse mencakup pembuatan dan penjualan konten digital, transaksi virtual, pengalaman dan layanan berbasis metaverse, properti virtual, dan ekonomi berbasis komunitas.
Potensi ekonomi Metaverse adalah peluang besar, dan beberapa negara besar sudah memiliki skema untuk memposisikan diri mereka dalam rantai pasokan global. Misalnya, India bertujuan untuk menjadi pusat produksi perangkat IoT yang mendukung Metaverse, seperti kacamata pintar. China berusaha memposisikan dirinya sebagai penyedia teknologi internet 5G dan 6G berkecepatan tinggi, prasyarat untuk adopsi massal metaverse.
Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta orang dan lebih dari 170 juta pengguna internet, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat konten kreatif dalam ekonomi global Metaverse. Faktor-faktor seperti demografi, kesiapan infrastruktur digital, pertumbuhan industri kreatif, dan dukungan pemerintah menjadi beberapa aset utama yang menempatkan Indonesia pada posisi strategis untuk memanfaatkan fenomena Metaverse.
Faktor dan aset:
Demografi Indonesia didominasi oleh generasi muda yang cerdas secara digital dan kreatif. Mereka adalah sumber yang kuat untuk pengembang, pengguna, dan konsumen konten kreatif. Selain itu, kekayaan budaya Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya untuk membuat konten kreatif, memberikan sentuhan unik yang membedakannya dari konten lainnya.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau, dan lebih dari 1.300 suku yang masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat, dan budaya yang unik. Mereka semua memiliki gaya hidup, sejarah, dan tradisi yang berbeda. Ada lebih dari 700 bahasa yang digunakan oleh berbagai suku bangsa di Indonesia. Keanekaragaman budaya ini merepresentasikan aset berwujud dan tidak berwujud yang menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya untuk mendukung industri kreatif di era ekonomi Metaverse.
Industri kreatif di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Negara ini telah menghasilkan banyak talenta muda di bidang film, musik, desain, dan permainan, yang telah mendapatkan pengakuan internasional. Nilai ekspor sektor kreatif Indonesia, termasuk film, musik, desain, dan kerajinan meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Badan Ekonomi Kreatif (PKRAF), total nilai ekspor industri kreatif Indonesia sekitar $22 miliar pada tahun 2019. Hingga akhir tahun 2022, Indonesia memiliki 2.400 startup digital yang sebagian besar didominasi oleh startup di industri kreatif. Startup industri kreatif berbasis web3 dan blockchain bermunculan di Indonesia, misalnya Majalab menelurkan Drezzo, startup fashion digital, dan Project Noah, yang berfokus pada seni rupa.
Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya industri kreatif dan telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung pertumbuhannya, termasuk menawarkan insentif dan pembiayaan. Apalagi dengan komunitas startup yang sangat aktif dan dinamis, Indonesia menunjukkan semangat inovasi dan kewirausahaan yang tinggi.
Langkah persiapan:
Untuk memanfaatkan potensi tersebut, beberapa langkah harus dilakukan. Pertama, memperkuat infrastruktur digital sangat penting, termasuk meningkatkan kecepatan internet, jaringan 5G, dan akses ke teknologi canggih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Cina, untuk mempromosikan Metaverse secara massal, setidaknya 60% populasi perlu terhubung ke Metaverse.
Kedua, pendidikan dan pelatihan harus ditingkatkan, khususnya di bidang teknologi, seni digital, dan desain. Perlu menyiapkan tenaga terampil untuk industri kreatif di era Metaverse.
Untuk mendongkrak potensi Indonesia dalam ekonomi Metaverse, kurikulum pendidikan formal di semua tingkatan—mulai dari SD, SMP, dan SMA hingga universitas—harus diubah untuk memasukkan mata pelajaran terkait teknologi, seni digital, dan desain. Mata pelajaran seperti pemrograman, desain grafis, dan animasi harus menjadi bagian dari kurikulum komprehensif ini.
Selain itu, kekuatan teknologi harus dimanfaatkan untuk memperluas akses pendidikan dan pelatihan, terutama bagi individu yang tinggal di daerah tertinggal. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai platform digital, seperti open online course (MOOC), webinar, atau platform pembelajaran online lainnya. Dengan mendemokratisasi akses ke sumber daya ini, Indonesia dapat membina tenaga kerja terampil yang siap berkontribusi pada ekonomi global Metaverse.
Ketiga, dukungan terhadap startup dan entrepreneur di bidang teknologi dan konten kreatif harus ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan melalui akses permodalan dan pembiayaan. Saat ini, ID-Opentech Group telah memulai program pembiayaan alternatif untuk proyek industri kreatif, terutama di industri musik dan film di Indonesia, yang telah mendatangkan teknologi token dan enkripsi dari Korea Selatan. Idenya adalah untuk penggemar, investor, dll. Untuk mendukung proyek dengan NFT.
Keempat, regulasi yang mendukung inovasi dan melindungi hak kekayaan intelektual harus diperkenalkan oleh pemerintah. Terakhir, pengembangan komunitas kreatif harus didorong, mendorong ekosistem tempat pengembang, desainer, dan seniman dapat belajar dan berkolaborasi.
Kerja sama strategis
Untuk meningkatkan potensi tersebut, kolaborasi strategis harus dilakukan. Kolaborasi antara universitas dan industri dapat merangsang inovasi dan penelitian. Kolaborasi dengan perusahaan teknologi internasional dapat mempercepat adopsi dan pengembangan metaverse. Kemitraan antara startup, antara pemerintah dan sektor swasta, serta antara seniman dan teknolog juga penting.
Pemerintah Indonesia perlu melibatkan raksasa global seperti Microsoft, Meta Group, Apple, Google, Alibaba, Tencent, Bytedance, Huawei, dll, untuk membantu mengembangkan ekosistem industri kreatif di Indonesia.
Selain itu, kolaborasi regional dan internasional dapat membantu mengembangkan standar, berbagi pengetahuan dan praktik terbaik, serta menyelenggarakan acara dan konferensi bersama di Metaverse. Letak geografis Indonesia yang strategis dan sikap kebijakan luar negeri yang netral dalam perebutan kekuasaan antara Barat dan China dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kekuatan negosiasinya dalam mengembangkan ekosistem ekonomi kreatif lokal.
Bali memiliki potensi besar untuk menjadi tuan rumah berbagai konferensi internasional, dan pemerintah Bali menyadari pentingnya mengembangkan sumber pendapatan lain selain pariwisata. Mereka telah merangkul ekonomi digital sejak 2022, dengan menyelenggarakan Bali Digifest.
Magalab adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana inisiatif bisnis dapat menjembatani kesenjangan antara pemerintah Bali, komunitas pengembara digital Bali, dan pemain lokal di industri kreatif dalam mengadopsi teknologi blockchain dan web3, pendahulu Metaverse.
Batam, dengan letak geostrategisnya di Segitiga Emas yang berhadapan langsung dengan Singapura dan Johor di Malaysia, dapat menjadi pusat riset dan inovasi Metaverse. Batam saat ini memiliki klaster industri digital di Nongsa Digital Park, di mana sebuah perusahaan outsourcing animasi berada, yang menjadi fondasi ekonomi Metaverse. Batam juga akan memiliki pusat data terbesar di dunia yang menjadi aset utama dalam pengembangan ekonomi Metaverse.
Dengan pendekatan yang tepat dan melalui kolaborasi yang efektif, Indonesia dapat memanfaatkan potensi besar industri kreatifnya untuk menjadi pemain penting dalam ekonomi global Metaverse. Memang, ini bukan perjalanan yang mudah atau cepat. Ini akan menjadi solusi dan modal bagi Indonesia untuk menghadapi bonus demografinya. Industri kreatif akan menyerap banyak tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja.
Tentu saja, ini bukan tugas yang mudah, dan kolaborasi semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan perguruan tinggi diperlukan untuk mencapai hal ini. Indonesia masih punya banyak waktu, menurut penelitian saya, adopsi massal Metaverse akan memakan waktu 5-10 tahun lagi.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian