Pada bulan November tahun lalu, Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo mulai menjabat Secara resmi dibuka Pembangkit listrik tenaga surya Serata di Jawa Barat. Dibangun di atas reservoir yang menggunakan ribuan panel PV terapung, fasilitas Serata memiliki kapasitas pembangkitan sebesar 145 MW, menjadikannya pembangkit listrik tenaga surya terapung terbesar di Asia Tenggara.
Hal ini juga merupakan bukti penting dari konsep bahwa Indonesia sudah mampu membangun kapasitas pembangkit listrik tenaga surya skala besar jika diinginkan. Meskipun ada upaya bertahun-tahun untuk merangsang investasi energi surya, penyerapannya masih sangat lambat. Bisakah Serrata mengumumkan sebuah terobosan, dan jika ya, bagaimana caranya?
Dibangun dengan biaya Sekitar 1,7 triliun rupiah (Lebih dari $100 juta), Serata adalah perusahaan patungan antara perusahaan listrik milik negara Indonesia, PLN, dan perusahaan energi terbarukan dari Uni Emirat Arab bernama Masdar. Masdar adalah pemegang saham minoritas yang memiliki 49% saham. Sisanya 51 dipegang oleh PLN melalui anak usahanya.
Sumbernya adalah Bermodal besar – Perusahaan ini mengakhiri tahun 2022 dengan uang tunai setara dengan lebih dari $800 juta – dan memiliki pendukung kuat di UEA. Pemegang saham Masdar adalah Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi, Perusahaan Investasi Mubadala, dana kekayaan negara Abu Dhabi, dan Perusahaan Energi Nasional Abu Dhabi.
Bersama Serata, Masdar sangat aktif di sektor energi terbarukan yang berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan ini mengakuisisi 47,5 persen saham Radiasi sinar matahariIni adalah perusahaan patungan yang dibentuk dengan perusahaan batubara Indonesia PT Mitrabara Adiperdana untuk memproduksi panel surya. Ketika perusahaan minyak dan gas milik negara, Pertamina, mendaftarkan sebagian anak perusahaan panas buminya di Bursa Efek Indonesia tahun lalu, Masdar mengambil 15 persen saham.
Tampaknya Masdar memahami bahwa percepatan dan penyelesaian proyek di Indonesia sangat bergantung pada pencarian mitra lokal yang tepat. Melalui kemitraan dengan PLN untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya Serata, misalnya, Masdar telah memastikan bahwa pemain paling berpengaruh di sektor ketenagalistrikan Indonesia memiliki kepentingan untuk menyelesaikan proyek tersebut hingga selesai. Hal ini menempatkan Serata pada posisi yang lebih baik untuk mengatasi hambatan politik dan ekonomi yang sering menggagalkan proyek energi terbarukan di masa lalu.
Para pendukung pasar bebas mungkin akan menganggap hal ini tidak menyenangkan, karena bermitra dengan afiliasi perusahaan utilitas listrik milik negara untuk membangun pembangkit listrik yang kemudian akan menjual listriknya kembali ke perusahaan utilitas yang sama tidak sesuai dengan apa yang telah kita pelajari tentang bagaimana pasar seharusnya berfungsi. Namun, pasar di Indonesia seringkali beroperasi berdasarkan logikanya masing-masing. Memahami dan beradaptasi dengan logika ini dan struktur insentif yang diciptakannya, daripada mencoba memaksakan logika pasar bebas, adalah kunci untuk menyelesaikan masalah ini.
Pendekatan Masdar dapat dibandingkan dengan pendekatan yang dilakukan oleh Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP), yang merupakan usulan dana energi bersih senilai $20 miliar yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Ketika JETP merilis peta jalan investasinya pada bulan November 2023, bulan yang sama dengan pembukaan resmi Serata, rencana tersebut memerlukan beberapa reformasi peraturan yang akan memungkinkan mekanisme berbasis pasar seperti sinyal harga untuk melancarkan ledakan investasi besar-besaran di… energi surya.
Salah satu reformasi secara khusus menyerukan diakhirinya pengembang swasta yang memotong PLN sebagai mitra ekuitas dalam usaha patungan. Argumennya adalah perusahaan listrik seperti PLN harus memainkan peran sebagai fasilitator pasar dan mengurangi risiko bagi modal swasta, dan ketika perusahaan tersebut memasuki pasar sebagai peserta langsung maka hal ini akan menimbulkan distorsi.
Itu mungkin benar, secara abstrak. Namun memang benar bahwa PLN kurang mempunyai insentif untuk memfasilitasi investasi swasta dan mengurangi risiko jika tidak ada manfaat yang diperoleh dari investasi tersebut. Jika JETP berencana menunggu hingga sektor energi Indonesia berkembang menjadi pasar efisien yang merespons sinyal harga, dan di mana PLN berperan sebagai fasilitator dan bukan partisipan, maka kita harus menunggu. Mungkin akan lama.
Sementara itu, alih-alih mencoba mengubah Indonesia menjadi pasar efisien yang belum pernah ada sebelumnya, Masdar justru berupaya membangun pembangkit listrik tenaga surya skala utilitas dan memproduksi panel surya PV di negara tersebut. Hal ini dilakukan dengan melakukan usaha patungan dan kemitraan investasi dengan pemangku kepentingan di Indonesia yang dapat mewujudkannya dengan cepat, seperti Pertamina dan PLN.
Apakah ini merupakan pilihan yang tepat atau terbaik untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan dalam semua kasus? Aku tidak tahu. Namun saya tahu bahwa jika Indonesia ingin mencapai tujuan pengurangan emisi yang ambisius, kita harus tetap berpikiran terbuka dan mempertimbangkan semua pilihan. Hal ini mencakup pengaturan yang berlawanan dengan intuisi yang mungkin bertentangan dengan logika ekonomi yang berlaku, seperti melibatkan PLN sebagai mitra dalam pembangkit listrik tenaga surya atau membentuk usaha patungan dengan perusahaan batubara untuk memproduksi panel surya.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia