POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Australia didesak untuk melindungi hak-hak pekerja migran Pasifik

Australia didesak untuk melindungi hak-hak pekerja migran Pasifik

Australia menggandakan jumlah pekerja migran yang akan didatangkannya dari pulau-pulau Pasifik untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja kronis di sektor pertaniannya. Tetapi para aktivis percaya pencurian dan pelecehan upah merajalela dalam skema tersebut.

Setiap tahun, ribuan orang dari kepulauan Pasifik dibawa ke Australia untuk bekerja di pertanian pemetik buah dan sayuran di bawah Program Ketenagakerjaan Migran.

Namun, para advokat berpendapat bahwa eksploitasi pekerja asing yang rentan tersebar luas.

Pengacara Sydney Stuart Levitt sedang dalam proses mengajukan gugatan class action untuk menuntut pemerintah Australia atas ganti rugi atas skema tersebut.

Dia mengklaim bahwa banyak migran sementara terpaksa tinggal di perumahan yang menyedihkan dan menerima gaji yang lebih rendah.

“Mereka telah mengalami kondisi yang melanggar perjanjian perburuhan internasional di mana Australia adalah salah satu pihak. Slip gaji mereka menunjukkan bahwa meskipun mereka bekerja 40-50 jam seminggu dalam kondisi yang sangat panas dan dalam banyak kasus keras, mereka menerima kurang dari A $300 seminggu,” kata Levitt.

Tetapi pihak berwenang telah membela penegakan aturan yang mengatur skema tersebut.

Phil Brizzo adalah asisten komisaris Angkatan Perbatasan Australia. Dia mengatakan kepada penyiar nasional Australia, Australian Broadcasting Corporation, bahwa pelecehan terhadap pekerja migran tidak jarang terjadi.

“Angkatan Perbatasan Australia tidak percaya bahwa ada eksploitasi dan pencurian upah yang meluas dalam Program Pekerja Musiman, atau Skema Kerja Pasifik. Tetapi seperti kebanyakan program ketenagakerjaan, ada sejumlah kasus kecil di mana majikan tidak memenuhi kewajiban mereka,” kata Brizo. .

Skema ini memungkinkan pekerja dari negara kepulauan untuk bekerja di pekerjaan dengan keterampilan rendah dan semi di bagian regional Australia hingga 3 tahun. Negara-negara yang berpartisipasi termasuk Fiji, Papua Nugini, Samoa, Timor Timur dan Vanuatu.

READ  Bursa Efek Baltik: sorotan pasar luar negeri dari 3 hingga 9 September

Dengan para backpacker internasional, seringkali dengan pekerjaan rendah dan tidak terampil, dikucilkan dari Australia oleh pembatasan perbatasan COVID-19, kelompok lobi pertanian mendesak pemerintah untuk mengizinkan lebih banyak pekerja sementara dari Pasifik untuk mencegah tanaman terbuang sia-sia.