Peluncuran DISC menandai tonggak penting dalam perjalanan ASEAN menuju masa depan yang berdaya secara digital.
Jakarta (ANTARA) – Indonesia yang tahun ini menjabat sebagai Presiden Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menjalin kerja sama dengan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) untuk mendongkrak ekonomi digital di kawasan.
Sebagai bentuk kerja sama yang nyata, kedua pihak meluncurkan platform virtual bernama Digital Innovation and Sustainable Economy Center (DISC), yang akan berfungsi sebagai wahana menampung ide dan inovasi untuk pengembangan ekonomi digital di negara-negara ASEAN.
“(DISC) ini merupakan salah satu langkah utama di Indonesia untuk menerapkan digitalisasi dengan tujuan memperkuat (sistem) keuangan inklusif serta mengembangkan dan memberdayakan usaha kecil dan menengah,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis.
Dalam seminar bertajuk “Ekonomi Digital dan Keberlanjutan”, Menkeu menyampaikan keyakinannya bahwa peningkatan DISC akan membantu kementeriannya mengembangkan dan mendukung talenta Indonesia di bidang ekonomi digital serta mengembangkan kawasan ekonomi khusus di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
“Indonesia juga berupaya menciptakan sejumlah co-working space yang dapat memudahkan generasi muda untuk bersiap menjalankan bisnisnya di ekosistem yang akan kita ciptakan,” tambahnya.
Menteri kemudian mengutip data tahun 2022 yang menunjukkan Indonesia menguasai hingga 40 persen pasar ekonomi digital Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Ia mencatat bahwa nilai ekonomi digital negara ini diperkirakan akan mencapai $400 miliar pada tahun 2030.
Indonesia akan berupaya untuk menyelesaikan dan menyempurnakan Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN (DEFA) hingga mencapai angka yang diharapkan.
Total nilai barang dagangan (GMV) perdagangan online di ASEAN mencapai 194 miliar dolar AS pada tahun 2022, meningkat 90 persen dibandingkan tahun 2019.
Ia mencatat bahwa “total skala nilai Indonesia tercatat sebesar US$70 miliar dan akan mencapai US$150 miliar pada tahun 2025. Perlu juga dicatat bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah rumah bagi lebih dari 4.500 perusahaan rintisan (start-up), di antaranya sekitar 2.000 bermarkas di Indonesia”.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden ERIA Tetsuya Watanabe menyampaikan bahwa timnya dan pemerintah Indonesia bertujuan menjadikan DISC sebagai platform berkelanjutan yang dapat membantu negara-negara ASEAN mengembangkan ekonomi digitalnya.
“Peluncuran DISC menandai tonggak penting dalam perjalanan ASEAN menuju masa depan yang berdaya secara digital,” tambahnya.
Berita terkait: Nilai ekonomi digital ASEAN meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 dengan DEFA: Menteri
Berita terkait: Ekonomi digital Indonesia berkembang pesat: Kementerian Keuangan
Berita Terkait: Wakil Presiden Menyerukan Ekosistem Digital yang Lebih Kuat untuk Ekonomi Forensik
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia