POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Menkeu: Indonesia fokus pada ekonomi hijau untuk atasi krisis iklim

Menkeu: Indonesia fokus pada ekonomi hijau untuk atasi krisis iklim

Oleh karena itu, saya tegaskan kembali bahwa apapun yang kita lakukan (untuk mencapai target pengurangan emisi kita), kita tidak boleh mengganggu pertumbuhan ekonomi kita di masa depan.

Jakarta (Antara) – Pemerintah Indonesia fokus mengembangkan ekonomi hijau agar tidak mengulangi kesalahan negara maju yang mendorong pembangunan ekonomi dengan kurang memperhatikan lingkungan dan menyebabkan krisis iklim.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjetan mengatakan, Senin, pemerintah berkomitmen mempercepat transformasi ekonomi rendah karbon melalui dekarbonisasi dan transisi energi.

Dia mencatat selama webinar berjudul “Ancaman Resesi Global: Transisi Ekonomi Hijau di Seluruh Jalan.”

Oleh karena itu, Indonesia secara aktif mempromosikan konsep tanggung jawab bersama tetapi berbeda (CBDR) untuk mengatasi krisis iklim global, katanya.

Menurut data, tingkat emisi karbon dioksida di Indonesia 2,3 ton per kapita, masih jauh di bawah rata-rata dunia 4,5 ton per kapita, kata Menko. Angka tersebut juga jauh di bawah tingkat emisi di negara maju, seperti Amerika Serikat, yaitu 14,7 ton per kapita.

“Ini berarti bahwa ada kebutuhan untuk inisiatif pengurangan emisi global yang relatif karena negara-negara maju harus mengambil tanggung jawab yang jauh lebih besar dalam berkontribusi untuk mengurangi krisis iklim yang kita hadapi,” katanya.

Indonesia mengumumkan target pengurangan emisi yang lebih ambisius dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC), yang diserahkan ke Sekretariat Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada 23 September 2022.

Menurut dokumen itu, negara itu meningkatkan target pengurangan emisinya dari 29 persen menjadi 31,89 persen melalui upayanya sendiri, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen melalui dukungan internasional.

Panjitan menegaskan, meski tujuan meningkat, segala upaya dan strategi untuk mencapainya tidak akan mengganggu pembangunan ekonomi Indonesia.

READ  Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dapat menghasilkan $1 miliar dari ekonomi hijau: Indonesia

Ia menekankan, “Sangat penting. Oleh karena itu, saya tegaskan kembali bahwa apapun yang kita lakukan (untuk mencapai target pengurangan emisi), kita tidak boleh mengganggu pertumbuhan ekonomi kita di masa depan.”

Dia mengatakan ada beberapa upaya yang sedang dan akan dilakukan Indonesia, yaitu elektrifikasi industri dan kegiatan ekonomi, termasuk penggunaan kendaraan listrik (EV) sebagai kendaraan dinas pemerintah.

Selain itu, pemerintah juga fokus untuk menarik lebih banyak investasi di industri hijau dan rantai nilai.

Pemerintah juga menjajaki strategi untuk memaksimalkan nilai ekonomi karbon melalui pengembangan dan penerapan pasar karbon dan pajak karbon, yang dapat mengurangi emisi dan meningkatkan potensi ekonomi karbon biru.

“Perlu keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan transisi energi. Misalnya, pengembangan kawasan industri Kaltara (Provinsi Kalimantan Utara) akan menggunakan energi terbarukan dari PLTA sebagai tulang punggung pasokan energi kawasan industri,” tambah Menko. .

Berita Terkait: Ekonomi hijau dapat membantu memecahkan tantangan sosial dan demografis: BRIN
Berita Terkait: Indonesia-Singapura sepakat jajaki kerja sama ekonomi hijau