Meski status sebagai kediaman presiden membawa kebanggaan bagi Pokor, Jawa Barat, itu juga menempatkan tanggung jawab besar di pundak pemerintah daerah, terutama untuk mengatur lalu lintas.
Ini karena pusat kota Bogor adalah rumah bagi Istana Kepresidenan Bogor dan Kebun Raya Bogor, yang terkenal sejak zaman presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Kota ini populer sebagai tujuan bersantai dengan iklim yang sejuk kontras dengan Jakarta yang berpolusi.
Kota Bogor, yang sering disebut sebagai buffer zone Jakarta, telah berkembang pesat seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan yang melintasi jalan-jalannya.
Wali kota sering menghadapi tantangan dalam menangani lalu lintas karena kurangnya pemahaman pengendara, pedagang kaki lima dan masyarakat tentang menjaga ketertiban lalu lintas.
Namun, Pemerintah Kota Bogor terus melakukan upaya perbaikan infrastruktur jalan dan sarana transportasi lainnya.
Ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya memilih untuk tinggal di Istana Bogor pada tahun 2015, Walikota Pokor Bhima Arya Sugiardo dengan antusias menyambut mereka, mengatakan suatu kehormatan bisa mengawasi perkembangan kota tempat tinggal presiden.
Sugiardo mengatakan dia memprioritaskan peningkatan arus lalu lintas kota, menambahkan bahwa “Bogor Langgar” atau slogan “Pokor Halus”.
Saat itu, Sugiardo sangat menyadari bahwa mengatur lalu lintas bukanlah hal yang mudah. Berdasarkan data terakhir Pemerintah Provinsi Jawa Barat, jumlah kendaraan yang dimiliki di Kota Bogor meningkat dari 379.724 pada tahun 2013 menjadi 462.030 pada tahun 2021.
Peningkatan signifikan lainnya terjadi pada jumlah sepeda motor dan sepeda motor yang naik dari 310.097 menjadi 359.716.
Jumlah kendaraan bermotor meningkat karena pertumbuhan penduduk kota, yang mencapai 1.052.359 pada tahun 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan.
Sementara itu, pergerakan masyarakat setiap hari keluar masuk kota dengan berbagai moda transportasi diperkirakan mencapai 200 ribu orang.
Pembangunan infrastruktur jalan
Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, Pemkot Bogor lebih dulu fokus pada perbaikan kondisi jalan, termasuk revitalisasi beberapa jalur pejalan kaki agar tidak digunakan oleh PKL yang selama ini mengganggu ketertiban lalu lintas.
Kebijakan untuk mengembalikan penggunaan jalan setapak datang dengan penanaman tanaman hijau dan pohon di sepanjang tepi jalan, serta pembangunan jalur kecil untuk pengendara sepeda.
Dengan demikian, dalam beberapa tahun terakhir, lalu lintas pejalan kaki dan kendaraan tidak terganggu oleh PKL, terutama di jalan protokol seperti Jalan Utama Bajajaran, Jalan Odista, IR. Sekitar Jalan H. Djuanda, Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, Pasar Bogor dan kawasan Suryakenjana.
Pencapaian ini dimungkinkan karena Pemprov DKI bekerja sama dengan Polres Bogor Kota menerapkan One Way System (SSA) di jalan-jalan tersebut. Tidak hanya Presiden Widodo pengebom pas Meskipun penarikan (Pasukan Keamanan Presiden) dan pemulangan lancar, masyarakat juga melihat peningkatan kemacetan lalu lintas, terutama di pusat kota.
Namun, masih banyak kendala, seperti ruas jalan Jembatan Otista yang sempit, yang sering meringkuk kendaraan.
Oleh karena itu, Pemkot Bogor telah mengajukan anggaran sebesar Rp52,5 miliar kepada Pemprov Jabar untuk perluasan jembatan dan pembebasan lahan tersebut.
Selain itu, proyek pembangunan Jalan Lingkar Daerah (R3) di desa Katulamba sudah berjalan dan pemerintah daerah telah memfokuskan pada penduduk yang tinggal di perbatasan untuk dimasukkan dalam anggaran pembangunan pada tahun 2023.
Pemerintah juga telah memulai pembangunan jalan lingkar (R2) sepanjang 4,5 km di Kecamatan Bogor Utara yang membutuhkan pembebasan lahan Rp150 miliar.
Manajemen lalu lintas
Pemerintah Kota Bogor terus menjalin kerjasama dengan pemerintah pusat dan swasta untuk mengelola sarana dan prasarana transportasi kota untuk mengurai kemacetan dan mengurangi jumlah minibus (Angot), yang banyak Ankot Mereka tidak lagi dianggap pinggir jalan.
Mulai tahun 2021, Pemprov DKI menyambut baik layanan bus “Biskitah Trans Bakuan” bersubsidi Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi (BPTJ) Jabodetabek.
Sejauh ini, 147 Ankot 49 Bisquita telah diubah menjadi bus Trans Baguan yang melayani empat koridor yang membentang dari pusat kota hingga pinggiran kota.
Rencana penggantian diharapkan dapat mengurangi jumlah Ankot Pada 2024, 3.432 akan beroperasi di kota.
Juga, 1.010 orang telah dibatalkan izin kerjanya Ankot 20 tahun dan tidak direnovasi oleh pemiliknya.
Pemprov DKI terus mendesak BPTJ untuk merevitalisasi Terminal Paranangxiang untuk membantu penyelenggaraan angkutan antar kota (AKDP) provinsi.
BPTJ juga disebut sedang menjajaki kemitraan publik-swasta untuk mengelola terminal Paranangsiang.
Dalam skala yang lebih besar, Pokor City menunggu pengoperasian LRT Jabodetabek yang akan melayani Jakarta, Sibupur dan Pokor.
Merencanakan masa depan
Dalam pidato akhir tahun pada Desember 2021, Walikota Sugiardo bersama Wakil Walikota Rachim menekankan pentingnya mempersiapkan sektor pariwisata dan jasa kota menjelang perpindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Rata-rata okupansi hotel di kota monsun ini bertumpu pada aktivitas kementerian dan lembaga. Oleh karena itu, kota harus mempersiapkan diri dengan menyelenggarakan lebih banyak acara regional atau internasional.
Sistem transportasi umum seperti “Bisquita Trans Bakuan” dan LRT Jabodetabek yang melintasi desa-desa bertema diharapkan dapat mendorong pemerataan ekonomi lintas wilayah dan mengurangi jumlah kendaraan yang masuk ke kota.
Berita Terkait: Taman Anggrek Kebun Raya Bogor telah direnovasi untuk konservasi
Berita Terkait: Presiden ingin Kebun Raya Bogor lebih atraktif
“Pembaca yang ramah. Penggemar bacon. Penulis. Twitter nerd pemenang penghargaan. Introvert. Ahli internet. Penggemar bir.”
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi