JAKARTA, 9 April (Xinhua) — Pemerintah Indonesia mengatakan negaranya bersiap menghadapi kenaikan inflasi dalam beberapa bulan mendatang karena harga komoditas global yang lebih tinggi, yang dapat memperlambat pemulihan ekonomi setelah pandemi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pada hari Jumat di sesi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (AFMGM) bahwa kenaikan harga komoditas global diyakini terjadi sebagai akibat dari dampak krisis Ukraina.
“Ini tantangan serius bagi semua pengambil kebijakan, mungkin tidak hanya di Indonesia, tapi di semua negara ASEAN,” kata Menkeu.
Indeks harga konsumen Indonesia pada Maret naik 2,64% YoY, kenaikan tertinggi sejak April 2020, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Masyarakat Indonesia telah menyaksikan kenaikan harga minyak goreng hingga 6 persen di pasar domestik sejak pemerintah menaikkan harga minyak goreng maksimum pada Februari setelah kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) internasional.
Di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini, sebagian besar minyak goreng yang digunakan masyarakat diperoleh dari minyak sawit.
Margo Yoono, Presiden BPS, mengatakan Indonesia, produsen minyak sawit terbesar dunia, terkena dampak kenaikan harga CPO global bulan lalu di tengah terhambatnya pasokan minyak bunga matahari akibat krisis Ukraina.
Perusahaan minyak dan gas Indonesia Pertamina juga menaikkan harga produk bensin beroktan tinggi, yang disebut Pertamax, sebesar 40 persen mulai Jumat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjitan baru-baru ini mengatakan pemerintah akan segera menaikkan harga tabung gas cair (LPG) tiga kilogram, merek paling populer yang digunakan masyarakat di tanah air.
Pemantau Ekonomi dan Energi Fahmy Rady dari Jeddah University Mada memperingatkan pemerintah bahwa rencana menaikkan harga bahan bakar gas cair dapat menyebabkan pembelian panik dari masyarakat.
Margo Yoono mengatakan inflasi kemungkinan akan lebih tinggi pada April karena beberapa alasan yang saling terkait seperti harga komoditas global yang lebih tinggi di tengah krisis Ukraina, permintaan yang lebih tinggi untuk banyak komoditas di tengah pelonggaran pembatasan Covid-19, dan permintaan yang lebih tinggi untuk bahan pokok. Makanan selama bulan suci Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri, dan kebijakan pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai dari 10 persen menjadi 11 persen yang mulai berlaku pada Jumat.
Presiden Joko Widodo telah meminta para menteri untuk memantau kenaikan harga domestik dan mengkomunikasikan perubahan kebijakan secara lebih jelas kepada publik, termasuk rencana kenaikan harga komoditas lainnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dodi Budi Walyu meyakini inflasi hingga akhir tahun akan berada di kisaran 2%-4%.
Ekonom Yusuf Rendi dari Pusat Reformasi Ekonomi (Core) yang berbasis di Jakarta mengatakan harga yang lebih tinggi dan inflasi akan membebani kelas menengah ke bawah dan mengurangi daya beli mereka.
Rende mencatat bahwa “untuk kelas menengah atas, inflasi mungkin tidak banyak berpengaruh, tetapi kelas menengah bawah akan menderita, karena kondisi ekonomi mereka belum sepenuhnya pulih.”
Ia menyarankan agar pemerintah lebih banyak menyalurkan bantuan kepada masyarakat dan lebih banyak mengambil kebijakan subsidi untuk mendukung daya beli masyarakat menengah ke bawah. – Xinhua
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia