Tempo.co., Jakarta – Badan Meteorologi, Iklim, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan hujan lebat La Nina Acara tersebut saat ini kembali muncul untuk tahun kedua berturut-turut di Indonesia.
La Nina telah berkembang sejak Oktober 2021, dan diperkirakan akan menguat pada November dan Desember dan menjadi La Nina moderat mulai akhir 2021 hingga Februari 2022. Ketua BMKG DVicorida Karnawati.
Pada Januari 2021, total 372 bencana alam Indonesia menyerang 216 orang tewas dan 12.056 luka-luka akibat lemahnya La Nina yang berkembang sejak akhir 2020 Peningkatan curah hujan bulanan hingga 70 persen.
Bencana alam termasuk 227 banjir, 66 angin topan, 60 tanah longsor, tujuh gempa bumi, tujuh gelombang tinggi atau abrasi dan empat kebakaran hutan, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
La Nina mengacu pada pendinginan skala besar suhu permukaan laut di Samudra Pasifik di khatulistiwa tengah dan timur, dan perubahan siklus siklon tropis, yaitu angin, tekanan, dan curah hujan. El Niோo, juga dikenal sebagai El Niோo, adalah pemanasan yang dikenal sebagai ENSO Belahan Bumi Selatan.
Perubahan iklim meningkatkan keparahan dan frekuensi kejadian dan bencana alam.
La Nina, juga dikenal sebagai Gadis Kecil, biasanya menyebabkan hujan lebat dan banjir yang meluas di seluruh negeri.
Indonesia rentan terhadap bencana alam, seperti monsun dan kekeringan, dan umumnya 75 persen bencana bergantung pada air, cuaca, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Oleh karena itu, BMKG mengingatkan La Nina memicu bencana air di banyak bagian negara selama beberapa bulan ke depan.
“Hal ini perlu diwaspadai dengan baik oleh seluruh masyarakat, terutama para petani, agar pertanian tidak dirugikan oleh hujan deras,” ujarnya.
Dia menekankan perlunya perbaikan sistem peringatan dini dan penyebaran prakiraan cuaca untuk mengurangi risiko bencana.
Perusahaan Koordinasi intensif antara Kementerian dan Lembaga terkait serta Penanggulangan Risiko Bencana di daerah perlu ditingkatkan.
Pada 29 Oktober 2021, BMKG menyelenggarakan rapat koordinasi virtual produk korban La Nina yang dihadiri perwakilan kementerian dan organisasi terkait.
Pemimpin BNPP Kanip Varsito, yang hadir dalam pertemuan tersebut, La Nina menekankan daerah yang terkena bencana hidrometeorologi untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan untuk acara tersebut.
Dia mencontohkan Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan sebagai daerah yang mencatat jumlah bencana tergenang air tertinggi antara 2016 dan 2020.
Prakiraan cuaca dan peringatan dini yang dikeluarkan BMKG penting sebagai indikasi respons domain. Dia mencatat bahwa informasi rinci dapat mengarah pada kesimpulan dalam domain yang tepat yang dapat menyelamatkan nyawa.
Upaya mitigasi bencana cuaca perairan dalam jangka pendek dapat dilakukan dengan memperbaiki penanaman tanaman, pembersihan saluran air, perbaikan bantaran sungai dan penguatan drainase.
Untuk mitigasi jangka panjang, penataan ruang harus dilakukan dengan tepat dan aspek bencana harus diperhitungkan, tambah Warcito.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyiapkan sistem peringatan longsor di beberapa daerah untuk menghadapi potensi bahaya air. Terinspirasi dari La Nina.
Menurut Alu Dohong, Deputi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sistem ini akan memberikan peringatan dini longsor di hulu sungai dan menghitung laju aliran.
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Himpunan Insinyur Hidrolik Indonesia (HATHI) juga telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memitigasi dampak tersebut. La Nina.
“Sesuai prakiraan BMKG, sistem curah hujan akhir 2021 hingga awal 2022 akan terkena dampak La Nina,” kata Sekjen Kementerian, Zainal Fattah, dalam sambutannya pada pertemuan ilmiah tahunan (PIT) Hadi di Cebu. Institut Nobel. Technology (ITS) Surabaya, Provinsi Jawa Timur, 30 Oktober 2021.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya air terbesar. Sumber daya yang besar itu harus dijaga dengan pengelolaan yang baik, “Namun, sumber daya air kita juga berpotensi menimbulkan kerusakan. Bencana alam menunjukkan tren yang meningkat,” katanya.
Menurut data BNPB, 750 banjir dilaporkan di Indonesia pada 2019, lebih dari seribu pada 2020, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat tahun ini.
Untuk itu, Kementerian melakukan sejumlah langkah antisipatif, antara lain penerapan Satgas Mitigasi Bencana untuk memantau seluruh infrastruktur yang ada di Indonesia dan memeriksa tingkat banjir.
“Kami sedang melakukan SOP (standar operasional prosedur) peringatan bencana di 250 bendungan dengan ukuran reservoir 4,7 meter kubik,” katanya.
Sementara itu, Menteri Pembangunan Manusia dan Integrasi Kebudayaan Muhadjir Effendi mendesak pihak berwenang untuk meningkatkan pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang bencana cuaca air.
“Risiko hidrometeorologi tidak boleh diperburuk sebagai bencana bencana. Untuk memotong lingkaran setan ini, kita harus memiliki pemahaman yang lebih baik dan lebih lengkap tentang bencana hidrometeorologi dan bahayanya,” katanya kepada orang banyak. La Nina Mitigasi risiko.
Indonesia tidak harus menunggu sampai bahaya menjadi bencana, sebaliknya pihak berwenang harus mengurangi risiko bencana dengan menyebarluaskan pengetahuan dan mempromosikan kesiapsiagaan di kalangan masyarakat.
Sambil meningkatkan kesiapsiagaan warga, penyebaran informasi akan membantu mengurangi potensi kerugian materi dan jiwa, sehingga membalikkan kepentingan publik dan potensi bahaya bencana air-cuaca, kata Effendi.
Prakiraan musiman yang lebih baik penting karena membantu mengantisipasi manfaat sosial-ekonomi yang signifikan di sektor-sektor yang peka terhadap iklim seperti pertanian, ketahanan pangan, kesehatan, dan pengurangan risiko bencana.
Melangkah: BNPB Peringatkan Dampak La Nina di Indonesia
Di tengah-tengah
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi