POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Tarian terakhir Jokowi

Tempo.co, JakartaJokowi merombak kabinetnya dua bulan sebelum masa pemerintahannya berakhir. Itu hanya untuk kepentingan politiknya sendiri.

Dua bulan sebelum masa jabatannya berakhir, presiden biasanya bersiap untuk meninggalkan jabatannya. Dengan tidak mencampuri urusan presiden terpilih, meskipun penggantinya memiliki latar belakang politik yang sama, kenegarawanan ditunjukkan. Perilaku Joko Widodo jauh dari norma politikus.

Jokowi bersikap seolah-olah dia akan berkuasa dua periode lagi. Dia sibuk dalam kegiatan politik. Ia tetap meyakini pentingnya menjaga citra dan pengakuan publik berdasarkan jajak pendapat. Tak heran jika ia masih merasa perlu menggunakan influencer yang memiliki jutaan pengikut media sosial. Pekan lalu, kurang dari delapan minggu masa pemerintahannya, Jokowi merombak kabinetnya.

Jokowi mengganti tiga menteri dengan dua wakil menteri lagi. Ia juga melantik kepala beberapa instansi dan kantor pada Senin, 19 Agustus. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasona Hamonangan Lavoli digantikan oleh politikus Partai Gerindra Subrahman Andi Akdas. Bahlil Lahadalia menggantikan Erif Tasrib sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Jabatan yang ditinggalkan Bahlil sebagai Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal diisi oleh Rosen Berkaza Rozlani, mantan Ketua Panitia Kampanye Prabowo Subianto-Kibran Rakabuming Raqqa.

Istana menyebut restrukturisasi dilakukan untuk mendukung peralihan kekuasaan ke pemerintahan Prabowo. Namun hal tersebut justru mengakomodasi kepentingan Jokowi. Jokowi berharap para pejabat baru yang dilantiknya ini tetap mempertahankan posisinya di pemerintahan Prabowo-Kibran. Jika itu terjadi, ia juga akan mempunyai pengaruh di kabinet baru.

Jokowi juga menggunakan pendekatan politik yang terang-terangan dalam menunjuk pejabat baru. Bahlil, sekutu terpercaya yang tiba-tiba menjabat Ketua Umum Partai Kolkar pekan lalu, sebelumnya diberi jabatan oleh perwakilan Partai Demokrat Indonesia (PDI-P). Jokowi tampaknya ingin mempertahankan kendali atas posisi ini, yang memberinya pengaruh lebih besar terhadap aktivitas terkait pertambangan.

Jokowi juga memecat wakil PDI-P lainnya, Menteri Kehakiman Yasona Lavoli. Tugasnya juga penting dalam penyelenggaraan urusan partai politik, termasuk menyetujui presiden baru dan anggota dewan partai politik. Menteri baru ini diharapkan mampu memfasilitasi pengambilalihan partai politik seperti yang dilakukan Kolkar. Pimpinan partai mempunyai peran penting dalam mengusung calon calon kepala daerah serentak yang akan segera digelar.

Dan ada yang aneh dengan penunjukan Kepala Badan Gizi Nasional tersebut. Tahun ini badan tersebut tidak memiliki rencana termasuk pendanaan. Organisasi ini didirikan semata-mata untuk memenuhi janji kampanye Prabowo-Kibran mengenai makanan sekolah gratis. Pertanyaannya, apakah perombakan kabinet ini dilakukan untuk mempersiapkan kabinet baru Prabowo atau untuk mendukung ambisi politik Jokowi?

Dalam dua bulan tersisa, apa yang dapat dilakukan para menteri baru ini untuk “meningkatkan efisiensi pemerintahan”? Para menteri baru tidak perlu “memperlancar transisi ke pemerintahan baru” karena Prabowo telah membentuk komite transisi yang dipimpin oleh Sufmi Tasco Ahmad dan komite bantuan yang dipimpin oleh Sjafri Szamsodin. Artinya, perombakan kabinet ini hanya mungkin dilakukan sebagai bagian dari strategi Jokowi menjelang akhir masa kekuasaannya.

Penting untuk diingat bahwa Prabowo mempunyai kewenangan penuh untuk menentukan komposisi kabinetnya, meskipun ia terpilih melalui pemilu yang banyak diwarnai pelanggaran, dibantu oleh rezim Jokowi. Jokowi tidak perlu mempertahankan pejabat yang ditunjuk untuk kepentingan pribadinya. Dia memutuskan orang mana yang dia percayai. Akan lebih baik jika kabinet terdiri dari para profesional dibandingkan mereka yang dipilih untuk kepentingan politik.

Melihat perkembangan terakhir ini, wajar jika Prabowo dan masyarakat bertanya: “Apa yang Anda rencanakan? Pak Jokowi?”

Baca cerita lengkapnya di Majalah Tempo English