JAKARTA (Reuters) – Ekonom yang disurvei dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan surplus perdagangan Indonesia Mei menyempit dari bulan sebelumnya, karena harga komoditas yang lebih lemah mengikuti penurunan ekspor.
Rata-rata 19 ekonom memperkirakan surplus perdagangan di ekonomi terbesar Asia Tenggara itu turun menjadi $3,02 miliar di bulan April dari $3,94 miliar.
Meskipun Indonesia telah menikmati surplus perdagangan bulanan sejak pertengahan 2020-an, para ekonom memperkirakan penurunan bertahap tahun ini karena penurunan harga komoditas.
Ekonom dalam jajak pendapat memperkirakan ekspor Mei turun 8,7% tahun-ke-tahun, meskipun kontraksi kurang dari 29,4% bulan sebelumnya karena efek dasar yang lebih rendah.
Impor Mei turun 11% dari bulan yang sama tahun lalu, sementara April mengalami kontraksi 22,32%.
Ekspor dan impor terlihat berkontraksi lebih lanjut bulan lalu karena perlambatan ekonomi global, kata Ekonom Menteri Bank Faisal Rachman, yang memperkirakan surplus perdagangan sebesar $3,07 miliar pada bulan Mei.
“Kombinasi penurunan harga komoditas, lingkungan ekonomi global yang lemah dan politik dalam negeri mendorong pendekatan tunggu dan lihat untuk aktivitas investasi dan manufaktur,” katanya.
Namun, secara bulanan, baik ekspor maupun impor mencatatkan pertumbuhan di bulan Mei, tambah Rachman, karena aktivitas ekonomi kembali normal setelah liburan Idul Fitri April, yang mengakhiri puasa Ramadhan.
(Laporan oleh Anand Chandak dan Madhumita Gokhale; Ditulis oleh Stefano Sulaiman; Disunting oleh Clarence Fernandez)
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi