MAKASSAR (ANTARA) – Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Petani dan Pengusaha Kaharu Indonesia (SPPGI) Siamsu Alam mendorong masyarakat meningkatkan produksi perkebunan gaharu untuk ekspor.
“Karena kayu gaharu ini dibutuhkan oleh banyak orang, dalam Islam gaharu Zamzam adalah salah satu zat surgawi, selain air dan arang,” ujarnya di sini, Minggu.
Syamsu Alam, salah satu Pengusaha Bugis Makassar (PSBM) yang sudah lama menggeluti usaha pengolahan dan ekspor gaharu, mendorong masyarakat untuk mengembangkan kapasitas tersebut.
Gaharu telah diekspor ke lebih dari 139 negara di Eropa, Amerika, Timur Tengah dan Asia, ujarnya.
“Kebanyakan diekspor ke Timur Tengah. Bagi umat Islam, kayu gaharu adalah pohon surga dan bahan penting untuk pembuatan parfum dan obat herbal,” ujarnya.
Harga gaharu terbaik antara Rp 20 juta (sekitar US$1.363) dan Rp 400 juta (sekitar US$27.259) per kg.
Gaharu alami dari Papua tumbuh di lumpur, menjadikannya gaharu paling alami di kebun dan hutan.
Sementara itu, harga gaharu dari pembangunan perkebunan atau budidaya berkisar antara Rp 45 juta (sekitar US$3.066) hingga Rp 75 juta (sekitar $5.111) per kilogram.
“Aroma pohon ini sama. Tapi gaharu yang ditanam secara alami harganya lebih mahal, dan yang lebih mahal itu dari Papua, Kalimantan dan lain-lain,” ujarnya.
“Kayu gaharu yang dibudidayakan wanginya enak tapi harganya jutaan per kilo,” tambahnya.
Ia mengatakan, petani khusus yang fokus pada pengolahan gaharu masih belum cukup.
Oleh karena itu, Akerwood mendorong peningkatan budidaya.
Ia menyebutkan, asosiasi SPPGI siap memberikan pendampingan cara menanam dan merawat pohon tersebut.
Berita Terkait: BRIN Kembangkan Teknik Budidaya Gaharu Buatan Menggunakan Mikroorganisme
Berita terkait: Makassar menjadi tuan rumah Kongres Arsitek ASEAN pada Juli 2023
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi