TEMPO.CODan Jakarta – Seorang ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dickie Bodman, mengingatkan pemerintah bahwa upaya untuk melonggarkan kebijakan mobilitas publik harus disertai dengan pengawasan yang lebih ketat untuk mengurangi risiko. COVID-19 transisi.
Ia menyarankan agar pemerintah melakukan random testing karena persyaratan antigen testing atau polymerase chain reaction (PCR) untuk wisatawan domestik yang divaksinasi lengkap telah dikurangi.
“Harus ada sampelnya dan biayanya ditanggung pemerintah. Misalnya ambil sampel satu persen dari jumlah penumpang. Kalau satu persen sampelnya positif, maka benar-benar aman,” kata Dickey. Kecepatan Pada hari Selasa 8 Maret.
Menurut dia, pemerintah harus terlebih dahulu melakukan uji publik untuk memastikan kebijakan ini aman diterapkan. “Sehingga kita memiliki database pembuatan kebijakan yang kuat,” tambahnya.
Dickey menyesalkan langkah pemerintah untuk membatalkan persyaratan tes bagi para pelancong tanpa tes publik sebelumnya.
“Sekali lagi, pengujian adalah mata kita untuk virus. Ahli epidemiologi menekankan bahwa tanpa pengujian yang memadai, kita tidak dapat melihat di mana virus itu atau ke mana arahnya.
Sementara itu, Chief Expert Officer Kantor Staf Kepresidenan Abraham Wirutomu mengatakan, pemerintah berupaya melakukan tes COVID-19 menggunakan pendekatan surveilans, baik active case detection (ACF) maupun pengujian epidemiologi.
Membaca: pemerintah menghapus mandat tes perjalanan Covid-19; Pengendali penerbangan setuju
Dewi Norita
“Pemikir. Fanatik internet. Penggemar zombie. Komunikator total. Spesialis budaya pop yang bangga.”
More Stories
Memungkinkan penyelesaian konflik secara damai di Laut Cina Selatan – Pidato – Eurasia Review
Tiongkok “menghabiskan” sekitar 80% anggaran militer Taiwan hanya untuk mengepung provinsi “nakal” – lapor
15 kota makan terbaik di Eropa dengan harga termahal