Apakah mereka?
Masing-masing dari dua gigi hiu macan yang dimodifikasi ini pernah menjadi bagian dari pisau bergagang. Mereka ditemukan dalam konteks berusia 7.000-5.000 tahun yang terkait dengan budaya Tolian, yang hidup di barat daya Sulawesi, Indonesia, sekitar 8.000 hingga 1.500 tahun yang lalu. Satu gigi memiliki dua lubang yang dibor di dalamnya, sedangkan gigi lainnya (yang patah pada zaman dahulu) hanya memiliki satu lubang. Gigi lengkapnya berukuran lebar 1,8 cm dan tinggi 1,4 cm, keduanya diyakini berasal dari hiu yang panjangnya sekitar 2 m (hampir seukuran dewasa). Kedua gigi tersebut memiliki bukti adanya resin yang terbuat dari campuran bahan mineral, tumbuhan dan hewan, yang menunjukkan bahwa keduanya diangkut.
Di mana dan kapan mereka ditemukan?
Pada tahun 2018 dan 2019, pada penggalian yang dilakukan tim gabungan Indonesia-Australia, ditemukan gigi pada batu kapur Maros-Bangkep di Sulawesi Selatan, tempat sebagian besar kumpulan Tolian ditemukan hingga saat ini. Contoh yang berlubang dua ditemukan di Liang Bunning, sebuah gua besar di Maros bagian timur, dan satu lagi ditemukan di gua yang lebih kecil yang dikenal dengan nama Liang Bulu' Sibang 1 di kawasan karst dataran rendah Bang Kep. Kedua gua tersebut berisi banyak koleksi peralatan batu Dolian. Gigi hiu baru-baru ini diteliti lebih lanjut, menggabungkan analisis bekas pakai dan analisis residu dengan data etnografi dan arkeologi eksperimental, untuk mempelajari lebih lanjut tentang fungsi artefak ini.
Mengapa hal tersebut penting?
Penemuan bilah gigi hiu ini memberikan wawasan baru yang berharga mengenai budaya Dolian Holosen Tengah, yang hanya sedikit diketahui orang, termasuk kesempatan langka untuk mempelajari budaya material non-Neolitikum dan interaksi pemburu-pengumpul dengan sumber daya laut. . Sebagian besar kumpulan tolian didominasi oleh spesies darat daratan, dengan sedikit bukti adanya pemangsaan terhadap fauna laut, sehingga keberadaan gigi hiu tidak biasa. Karena bangkai hiu macan jarang terdampar di pantai, penggunaan giginya menunjukkan keterampilan berlayar dan memancing di antara beberapa kelompok Tolian.
Artefak gigi hiu diyakini lebih terkait dengan ritual atau konflik daripada aktivitas sehari-hari karena data etnografi dari kawasan tersebut dan eksperimen menggunakan gigi hiu modern. Kedua temuan ini, yaitu modifikasi gigi hiu paling awal yang ditemukan di Sulawesi, mengungkap praktik sosial yang sebelumnya tidak terdokumentasi di kalangan suku Tolia, serta memberikan bukti pertama mengenai jenis senjata tertua yang masih digunakan di seluruh Asia. – Wilayah Pasifik saat ini.
Benda-benda ini juga mewakili bukti arkeologi paling awal mengenai penggunaan gigi hiu dalam senjata komposit. Gigi hiu yang dimodifikasi diketahui dari konteks kuno di seluruh dunia, namun sebagian besar dikaitkan dengan dekorasi pribadi.
Lihat diri mu sendiri: Gigi hiu tersebut akan segera dikembalikan ke Museum Makassar untuk dipajang di kemudian hari. Penelitian ini dipublikasikan di Kuno (https://doi.org/10.15184/aqy.2023.144)
Text: Amy Brunskill / Photo: Michelle Langley
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi