Jakarta, 4 Desember 2023 – (ACN Newswire) – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Niki Vidyawati menegaskan kembali komitmen Pertamina untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai net zero emisi pada tahun 2060. COP-28), berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab pada 30 November hingga 12 Desember 2023.
Direktur Utama PT Perdamina (Persero) Niki Vidyawati (kedua dari kiri) saat Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB (COP-28) tahun 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab. [Antara / HO-Pertamina] |
Dalam sesi diskusi di Paviliun Indonesia, Vidyawati menjelaskan bahwa Indonesia menghadapi trilema energi dengan tiga isu utama: ketahanan energi, pemerataan, dan keberlanjutan. Untuk mengatasi ketiga permasalahan tersebut, Pertamina telah mengembangkan tiga inisiatif strategis yang komprehensif: dekarbonisasi operasi perusahaan (Tujuan 1), penciptaan bisnis baru yang rendah karbon (Tujuan 2) dan penerapan program penggantian kerugian karbon (Tujuan 3).
Sebagai negara berkembang, Indonesia bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dimana energi mendorong pertumbuhan ekonomi, ujarnya. Oleh karena itu, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina menjadikan ketahanan energi sebagai prioritas utama. Namun, Pertamina harus menjaga keseimbangan keadilan energi, yang mencakup akses energi, keterjangkauan, dan keberlanjutan energi sekaligus mengurangi emisi karbon dalam operasi kami untuk tujuan satu, dua, dan tiga, kata Vidyavathy.
Ia mengatakan Indonesia belum siap untuk mengalihkan seluruh bahan bakar fosil ke energi terbarukan, yang akan membahayakan ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, Pertamina telah mengembangkan inisiatif untuk mengelola keberlanjutan dan memperkuat pemerataan energi dengan tetap menjaga ketahanan energi.
Pertamina harus mempertahankan bisnis intinya di bidang minyak dan gas karena pemerintah Indonesia bertujuan untuk meningkatkan produksi hulu minyak dan gas dari 700.000 barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Tapi ini dilakukan dengan menggunakan sistem operasi ramah lingkungan, katanya
Pertamina melakukan tiga inisiatif menuju efisiensi energi, karena penting untuk mengurangi emisi dan lebih mudah dikelola. Kontribusi efisiensi energi dalam penurunan emisi sekitar 39 persen. Itulah sebabnya kami fokus pada efisiensi energi dalam operasi kami: hulu, pemrosesan, dan hilir, kata Vidyavathy.
Berikutnya adalah pengurangan metana. Metana dapat merusak lingkungan, lebih buruk dari emisi CO2. Itu sebabnya kami menetapkan target penurunan kadar metana sebesar 7,6 persen, emisi karbon (CO2) sebesar 5,5 persen, dan pengurangan ledakan dan penggunaannya sebesar 16,7 persen, ujarnya. Dari ketiga langkah tersebut hingga akhir tahun lalu, Pertamina berhasil menurunkan emisi di operasi internalnya sebesar 31 persen.
Upaya kedua adalah meningkatkan pertumbuhan produk rendah karbon dengan memproduksi biofuel. Indonesia merupakan negara terluas kedelapan yang memiliki hutan, sehingga Indonesia dapat memproduksi biofuel. Tahun lalu dengan program 35 persen biodiesel (B35), kami mengurangi 32 juta ton CO2 per tahun. Kami sekarang akan menambah lebih banyak B35 dan memperkenalkan 40 persen biodiesel (B40) tahun depan. Bahkan dalam Kebijakan Energi Nasional kita yang baru, target hingga 60 persen biodiesel (B60) telah ditetapkan, kata Vidyavathy.
Ada proyek biogasoline yang memadukan bioetanol dari tebu, jagung, dan singkong menjadi bensin Pertamina. Pertamina akan memulai dengan tingkat campuran bioetanol sebesar 5 persen (E5), dan dalam Kebijakan Energi Nasional Indonesia secara bertahap akan ditingkatkan menjadi tingkat campuran bioetanol sebesar 40 persen (E40). Sedangkan untuk biofuel ini, Pertamina kini telah memperkenalkan bahan bakar jet berkelanjutan (sustainable Efficient Fuel) yang dicampur dengan minyak sawit mentah (CPO).
Jadi, proyek ini adalah pilihan terbaik bagi Indonesia. Ada tiga keuntungan utama. Pertama, biofuel dapat mengurangi impor bahan bakar. Kedua, emisi dapat dikurangi. Yang ketiga adalah menciptakan lapangan kerja di sektor hulu, kata Vidyavathy.
Upaya ketiga adalah penyeimbangan karbon. Meski bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga batu bara masih ada, Pertamina harus mengurangi emisi melalui penangkapan, penggunaan, penyimpanan karbon, dan solusi berbasis alam (NBS). Ia mengatakan, kapasitas penyerapan emisi lingkungan global saat ini mencapai 15 persen.
Dengan melakukan berbagai inisiatif tersebut, Pertamina menghadapi empat tantangan. Yang pertama adalah kerangka peraturan untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan. Tantangan kedua terkait dengan teknologi, karena Indonesia membutuhkan teknologi karena sumber daya alamnya yang melimpah dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi. Indonesia membutuhkan pendanaan, terutama untuk tahap awal penelitian dan pengembangan, dan tantangan selanjutnya adalah pendanaan. Tantangan keempat adalah peningkatan kapasitas dan kapasitas. Kami percaya bahwa kerja sama global diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, terutama dari pemerintah, kata Vidyavathy.
Jisman B Hudajulu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, menghimbau seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong transisi energi menggunakan energi baru terbarukan. Perkembangan EBT dalam transisi energi ini bersifat jangka panjang, kata Zisman di sela-sela diskusi Kamis (30/11) bertajuk “Meningkatkan Ambisi Target Energi Terbarukan untuk Percepatan NDC.”
Sebagai pemimpin di sektor transisi energi, Pertamina berkomitmen untuk mendukung tujuan net zero emisi tahun 2060 dengan mendorong proyek-proyek yang berdampak langsung pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
pertamina, https://www.pertamina.com
Kontak Media:
Fadjar Djoko Santoso, Wakil Presiden, Komunikasi Korporat, PT Pertamina (Persero)
Email: [email protected]
Sumber: PT.Pertamina
Hak Cipta 2023 ACN Newswire. Seluruh hak cipta.
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi