TEMPO.CODan Jakarta – Hal itu disusul dengan nota diplomatik resmi dari Kementerian Luar Negeri RI kepada Pemerintah Fiji menyusul pertemuan antara Perdana Menteri Stephenie Ribuka dan pimpinan UPPM Papua Barat Benny Wenda.
Juru bicara urusan luar negeri Tuku Faizasyah mengkonfirmasi pada 2 Maret bahwa nota diplomatik tersebut menyatakan kejengkelan Indonesia terhadap pertemuan tersebut.
“Secara keseluruhan, memorandum tersebut menyatakan kekecewaan mendalam Indonesia atas pertemuan antara Perdana Menteri Fiji dengan seseorang yang secara sewenang-wenang mengaku mewakili seluruh rakyat Papua di Indonesia,” kata Vaizasiah.
Kementerian Luar Negeri Fiji dan Kantor Perdana Menteri belum secara terbuka menanggapi surat resmi tersebut.
Wenda dan Rebuka bertemu di sela-sela pertemuan Negara-negara Pasifik di Nadi, Fiji, pekan lalu. Melalui media sosialnya, Wenda mengatakan bahwa hubungan antara Fiji dan Papua Barat telah diremajakan setelah Rebuka terpilih sebagai perdana menteri di negara tersebut.
Hubungan antara Papua Barat dan Fiji diperbarui. “Merupakan suatu kehormatan untuk bertemu dengan Anda berdua dan mendiskusikan masa depan Melanesia dan Pasifik yang lebih luas,” tulis Wenda di akun Twitternya yang juga bertemu dengan Wakil Menteri Fiji Peyman Prasad.
ULMWP telah mengajukan keanggotaan di MSG (Melanesian Spearhead Group) untuk jangka waktu 10 tahun. Namun, sejauh ini hanya memperoleh status pengamat, seperti Timor-Leste.
Sejauh ini, belum ada yang secara terbuka mendukung kelompok separatis di Indonesia. Sejumlah negara Pasifik kerap mengungkit isu pelanggaran HAM di Papua ke PBB. Radio Free Asia mengatakan, seperti dikutip dia, pemerintah Fiji belum pernah menyatakan dukungan seperti ini sebelum Rebuka.
Daniel Fajri
Pilihan Editor: Bentrokan antara tentara dan polisi dan rakyat Papua menewaskan 9 orang
Klik di sini untuk mendapatkan Update berita terbaru dari Tempo di Google News
More Stories
Memungkinkan penyelesaian konflik secara damai di Laut Cina Selatan – Pidato – Eurasia Review
Tiongkok “menghabiskan” sekitar 80% anggaran militer Taiwan hanya untuk mengepung provinsi “nakal” – lapor
15 kota makan terbaik di Eropa dengan harga termahal