Para aktor politik…setidaknya harus menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi menggunakan (politik identitas) dan tetap berkomitmen untuk menghukum pejabat partai yang terus menggunakan taktik tersebut.
JAKARTA (ANTARA) – Pendidikan politik sejak kecil dapat mencegah politik identitas mengakar di Indonesia, menurut peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Kita butuh pendidikan politik sejak kecil, anak-anak harus mengerti mana yang hoaks, mana yang benar, politik mana yang pantas, apa yang berbahaya dan apa yang berbahaya, serta menanamkan pola pikir demokrasi yang berdasarkan prestasi. rasionalitas,” kata Firman Noor dari Pusat Penelitian Politik BRIN saat debat publik tentang pencegahan politik identitas, Senin.
Politik identitas dan munculnya hoaks dalam politik elektoral umum di negara-negara demokrasi, dan harus melibatkan pendidikan politik di tingkat atas daripada di tingkat yang lebih rendah di mana pencegahannya dilakukan.
Selain pendidikan politik, kata peneliti, harus ada komitmen kolektif di antara para aktor politik untuk menyatakan politik identitas sebagai musuh bersama.
“Aktor politik harus mengingatkan (konstituen mereka), menyatakan tidak akan lagi menggunakan (politik identitas) dan tegas dalam menghukum pejabat partai yang terus menggunakan taktik seperti itu,” Noor menggarisbawahi.
Berita Terkait: Orang Indonesia cukup pintar untuk mengenali politik identitas: VP
Analis politik kemudian menyoroti perlunya undang-undang yang komprehensif yang dapat bertindak sebagai dasar hukum untuk menghukum partai-partai yang menggunakan politik identitas untuk mencapai keberhasilan pemilu.
“Hukum ini harus ditegakkan secara tegas, konsisten dan tidak memihak,” katanya.
Dalam diskusi yang sama, peneliti BRIN mendorong semua pihak untuk tidak menggunakan politik identitas dalam demokrasi elektoral Indonesia.
Politik elektoral dapat menghambat perkembangan politik Indonesia, katanya, karena pemilih memilih pemimpin yang mereka sukai bukan berdasarkan kemampuan atau program pribadi mereka, tetapi lebih pada agama, suku, atau identitas budaya lainnya.
“Kalau kita terus begini (menggunakan politik identitas) ketika Indonesia (kandidat politik) bersaing melalui program-program dalam politik kita? Kita tidak akan berkembang (politik kita) jika politik kita mandek,” kata Nur.
Berita Terkait: Satgas Polri cegah politik identitas saat pemilu
Berita Terkait: Jokowi berupaya memperbaiki sistem demokrasi di Pilkada 2020
“Pembaca yang ramah. Penggemar bacon. Penulis. Twitter nerd pemenang penghargaan. Introvert. Ahli internet. Penggemar bir.”
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi