Istambul
Para pemimpin Filipina dan Indonesia pada hari Rabu membahas sengketa wilayah di Laut Cina Selatan dan masalah regional lainnya.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu di Manila, menurut pernyataan presiden Filipina.
Presiden Widodo dan saya melakukan diskusi yang bermanfaat dan jujur mengenai peristiwa-peristiwa regional yang menjadi kepentingan bersama, seperti perkembangan di Laut Cina Selatan, kata Marcos setelah pertemuan tersebut.
Kedua belah pihak juga membahas kerja sama dan inisiatif regional di bawah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Ketegangan di perairan yang disengketakan antara Filipina dan Tiongkok telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir di tengah tumpang tindihnya klaim maritim oleh kedua belah pihak.
Marcos mengatakan Filipina dan Indonesia telah “menegaskan kembali desakan kami terhadap universalitas” Hukum Laut PBB, yang “menetapkan kerangka hukum yang mengatur semua aktivitas di lautan dan samudera.”
Sengketa wilayah dengan Tiongkok di Laut Cina Selatan melibatkan sengketa klaim pulau dan maritim di wilayah tersebut oleh beberapa negara berdaulat ASEAN, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Taiwan juga mengklaim perairan yang disengketakan tersebut.
Namun, Tiongkok dan ASEAN menandatangani Deklarasi Laut Cina Selatan pada November 2002.
Kesepakatan tersebut masih dalam tahap negosiasi dan belum sepenuhnya disepakati oleh kedua belah pihak.
November lalu, Marcos mengusulkan kode etik baru untuk stabilitas di Laut Cina Selatan yang disengketakan.
Ia meminta dukungan negara-negara seperti Vietnam dan Malaysia untuk mengembangkan kode maritim baru guna menjaga perdamaian di perairan yang disengketakan.
Filipina dan Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama energi pada hari Rabu, setuju untuk memperkuat hubungan di bidang pertahanan, keamanan dan perdagangan.
“Sebagai tetangga dekat dan sesama negara kepulauan, Filipina dan Indonesia sepakat untuk melanjutkan kerja sama di bidang politik dan keamanan,” kata Marcos.
Widodo menyambut baik penguatan kerja sama di bidang keamanan perbatasan, namun mengatakan “ada masalah yang perlu diselesaikan”.
Hal ini termasuk Perjanjian Lintas Batas tahun 1975 dan revisi Perjanjian Patroli Perbatasan serta pembahasan penyelesaian batas-batas benua.
Widodo juga meminta dukungan Marcos terhadap pembelian pesawat perang anti-kapal selam oleh Filipina dari Indonesia untuk Angkatan Laut Filipina.
Islamuddin Sajid berkontribusi pada cerita ini
Situs web Anadolu Agency hanya memuat sebagian dari berita yang disampaikan kepada pelanggan AA News Broadcasting System (HAS). Hubungi kami untuk opsi berlangganan.
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi