SINGAPURA – Di tengah inflasi dan ketidakpastian ekonomi global, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tetap menjadi titik terang berkat pertumbuhan ekonominya yang kuat, kata para menteri keuangan di kawasan itu dalam pernyataan bersama pada hari Jumat.
Para menteri, termasuk Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Lawrence Wong, berkumpul pada hari Jumat untuk Pertemuan Menteri Keuangan ASEAN dan Gubernur Bank Sentral ke-10 di Jakarta, Indonesia.
Mereka mengadakan diskusi mengenai empat topik utama – kerja sama keuangan dan kesehatan, ketahanan pangan, transaksi mata uang lokal, dan menghubungkan pembayaran regional.
Para menteri mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara didukung oleh ketahanan permintaan domestik dan pemulihan pariwisata yang berkelanjutan. Namun kawasan ini perlu tetap waspada karena prospek perekonomian global masih belum pasti.
“Inflasi diperkirakan akan tetap tinggi di banyak negara anggota ASEAN karena harga input yang lebih tinggi, peningkatan permintaan terhadap jasa, dan tekanan mata uang yang terus-menerus,” kata pernyataan itu.
“Situasi ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan bauran kebijakan makroekonomi ASEAN untuk memungkinkan negara-negara anggota menggunakan semua alat yang tersedia untuk menjamin stabilitas perekonomian kita.”
Pertemuan tersebut juga membahas tantangan global, seperti meningkatnya ketegangan geopolitik dan respons terhadap perubahan iklim yang lebih lambat dari perkiraan, yang dapat berdampak pada negara-negara ASEAN.
“(Masalah-masalah ini) dapat memperburuk fragmentasi global, yang dapat menghambat perdagangan dan investasi global,” kata pernyataan itu. Permasalahan ketahanan pangan dan energi masih tetap penting dan memerlukan tindakan kebijakan yang terkoordinasi dengan baik.
Para menteri mengatakan mereka senang dengan perluasan layanan keuangan digital lintas negara, seperti tautan pembayaran QR antara Singapura dan Malaysia yang diluncurkan pada bulan Maret. Inisiatif ini memungkinkan pelanggan lembaga keuangan yang berpartisipasi untuk melakukan pembayaran ritel di kedua negara dengan memindai kode QR Nets dan DuetNow.
Para menteri menambahkan bahwa mereka berharap dapat membangun hubungan pembayaran antara negara-negara anggota ASEAN lainnya di masa depan.
Dalam postingan di Facebook pada hari Jumat, DPM Wong mengatakan ASEAN perlu berbuat lebih banyak untuk mengintegrasikan perekonomiannya, dan membuat perdagangan dan investasi di kawasan ini tidak terlalu ketat.
“Saya melakukan diskusi yang baik dengan rekan-rekan Menteri Keuangan ASEAN dan Gubernur Bank Sentral hari ini mengenai bagaimana kita dapat memajukan gagasan kita untuk masa depan yang lebih berketahanan dan berkelanjutan di kawasan ini,” katanya.
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian